MEDAN (Waspada.id): Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan nilai tukar Rupiah sama-sama bergerak melemah pada akhir pekan ini, seiring minimnya sentimen positif dari pasar global. IHSG yang sempat dibuka menguat ke level 8.259 pada sesi awal perdagangan, kini berbalik ke zona merah mendekati level psikologis 8.200.
“Pergerakan IHSG hari ini masih akan banyak dipengaruhi oleh arah pasar saham di kawasan Asia yang juga cenderung melemah,” ujar Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, di Medan, Jumat (10/10).
Menurutnya, minimnya sentimen pasar disebabkan oleh berlanjutnya government shutdown di Amerika Serikat (AS) yang menimbulkan kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal negeri tersebut.
“Penutupan sementara pemerintahan AS menimbulkan ketidakpastian baru, apalagi pidato terakhir pejabat Bank Sentral AS memunculkan persepsi beragam terkait potensi penundaan pemangkasan suku bunga acuan,” tambahnya.
Di sisi lain, Rupiah terpantau melemah ke posisi Rp16.575 per dolar AS. Padahal, secara teknikal, dolar AS justru tidak menunjukkan penguatan signifikan terhadap mayoritas mata uang Asia.
“Kinerja dolar AS yang relatif stabil tak serta merta memberi ruang bagi Rupiah untuk menguat. Rupiah masih terbebani oleh aliran modal asing yang cenderung menunggu arah kebijakan moneter global,” terang Gunawan.
Ia memproyeksikan IHSG akan bergerak terbatas dalam rentang 8.180 hingga 8.270, sementara Rupiah berpotensi bertahan di kisaran Rp16.535 hingga Rp16.580 per dolar AS.
Sementara itu, harga emas dunia juga ikut terkoreksi. Berdasarkan data perdagangan pagi ini, emas ditransaksikan turun ke level US$3.983 per ons troy, atau setara dengan sekitar Rp2,13 juta per gram.
“Tekanan terhadap harga emas lebih bersifat teknikal setelah mengalami reli panjang beberapa pekan terakhir. Namun, secara jangka panjang, tren harga emas masih cenderung positif di tengah ketidakpastian ekonomi global dan tingginya tensi geopolitik,” pungkas Gunawan. (Id09)