MEDAN (Waspada.id): Awal pekan ini, pasar keuangan domestik dibuka melemah di tengah bayang-bayang rilis sejumlah data ekonomi penting dan aksi demonstrasi di berbagai daerah.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka pada level 7.620, namun sempat anjlok hingga menyentuh titik terendah di 7.547.
“Tekanan pada IHSG ini tidak hanya dipengaruhi sentimen global, tetapi juga kondisi dalam negeri yang tengah diwarnai aksi demo,” ujarnya, Senin (1/9).
Di sisi lain, nilai tukar rupiah juga ikut tertekan dan bergerak melemah mendekati level Rp16.500 per dolar AS. Pada sesi perdagangan pagi, rupiah ditransaksikan di kisaran Rp16.475 per dolar AS.
“Situasi domestik yang kurang kondusif membuat rupiah sulit menguat, meskipun ada dukungan dari data ekonomi yang relatif positif,” tambah Gunawan.
Sebelumnya, data S&P Global Manufacturing PMI Indonesia untuk Agustus tercatat berada di level 51,5 atau kembali masuk zona ekspansi setelah sebelumnya terkontraksi. Pasar juga menanti rilis data inflasi, neraca dagang, serta penjualan ritel Indonesia. Dari eksternal, investor turut mencermati perkembangan manufaktur AS dan data ketenagakerjaan yang akan diumumkan pekan ini.
Sementara itu, harga emas dunia justru mencetak rekor baru dengan menembus level 3.467 dolar AS per ons troy atau setara Rp1,84 juta per gram. Menurut Gunawan, lonjakan emas ini menjadi indikasi kuat bahwa investor global tengah mencari aset aman di tengah ketidakpastian pasar.
“Pergerakan emas yang mencetak rekor baru menunjukkan adanya kekhawatiran di pasar keuangan global. Emas kembali menjadi instrumen lindung nilai di tengah kondisi geopolitik dan ekonomi yang penuh ketidakpastian,” pungkasnya. (id09)