MEDAN (Waspada.id): Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah cukup dalam pada perdagangan Jumat (12/12), terkoreksi 0,9 persen ke level 8.620,481. Penurunan ini terjadi di tengah pelemahan mayoritas bursa Asia serta kabar kemungkinan batalnya kesepakatan dagang tarif resiprokal antara Indonesia dan Amerika Serikat.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, menjelaskan bahwa sentimen global tersebut memicu aksi jual investor di pasar domestik. “Kabar mengenai potensi batalnya kesepakatan dagang itu mempercepat aksi jual. Namun sebenarnya, IHSG sudah naik terlalu tinggi sebelumnya sehingga koreksi teknikal sangat wajar terjadi,” ujarnya.
Menurut Benjamin, pelaku pasar juga telah mengantisipasi keputusan pemangkasan suku bunga acuan oleh The Federal Reserve (The Fed). “Kebijakan The Fed sudah priced in, sehingga efek positifnya tidak lagi signifikan bagi IHSG. Justru koreksi besar muncul meskipun ada kabar miring soal perang dagang yang memicu spekulasi pasar,” jelasnya.
Selama sesi perdagangan, IHSG bergerak dalam rentang 8.560 hingga 8.776. Tekanan paling besar muncul pada sesi kedua, terutama dari saham-saham berkapitalisasi besar seperti BBRI, BBCA, BMRI, BRPT, dan TLKM.
Sementara itu, mata uang Rupiah justru menunjukkan kinerja lebih stabil. Rupiah menguat ke level Rp16.665 per dolar AS, memanfaatkan sentimen positif dari pemangkasan suku bunga The Fed.
Pada komoditas, harga emas global juga sempat menguat setelah keputusan The Fed, meski kemudian sedikit terkoreksi pada sesi sore di kisaran US$4.214 per troy ounce, atau sekitar Rp2,26 juta per gram.
“Rupiah dan emas masih bergerak dalam penguatan terbatas, tetapi tetap berada dalam rentang yang stabil,” kata Gunawan Benjamin. (id09)











