JAKARTA (Waspada.id): PT Indo Premier Sekuritas (IPOT) memproyeksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpeluang melanjutkan penguatan menuju level 8.400, ditopang oleh masuknya arus modal asing, stabilnya fundamental makroekonomi, serta dimulainya musim laporan keuangan emiten yang menjadi katalis utama pekan ini.
IHSG melanjutkan tren positif pekan lalu dan ditutup di level 8.271, naik sekitar 4,5% dibandingkan pekan sebelumnya.
Selama periode tersebut, investor asing mencatatkan inflow sebesar Rp4,3 triliun di pasar reguler. Pada 24 Oktober 2025, IHSG bahkan sempat menyentuh level tertinggi di 8.348.
“Earning season kali ini akan menjadi penentu arah pasar berikutnya,” ujar David Kurniawan, Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT).
“Sektor perbankan, infrastruktur, dan komoditas masih berpotensi menjadi motor penggerak utama. Jika sentimen global tetap kondusif, IHSG berpeluang menguji level 8.400 dalam jangka pendek dengan support di 8.150,” sambungnya.
David menjelaskan, penguatan IHSG pekan lalu tertopang sentimen global dan domestik yang sangat signifikan. Pertama dari global, ada GDP China yang memperlihatkan perekonomian China tumbuh 4,8% secara tahunan pada Q3/2025, turun dari 5,2% pada Q2 yang menandai laju paling lambat sejak Q3 2024. Selanjutnya ada sentimen tensi geopolitik, dimana Trump dan Xi Jinping dijadwalkan akan bertemu pada 30 Oktober 2025 untuk membicarakan langsung negosiasi tarif.
Secara global ada juga sentimen harga emas dan minyak, dimana emas mencatat penurunan terdalam dalam 1 dekade terakhir dan mencatat outflow harian terbesar pada ETF emas sejak 5 bulan terakhir. Sebaliknya, harga minyak mentah WTI mendekati level tertinggi dalam dua minggu dan berada di jalur untuk kenaikan mingguan terkuat sejak awal Juni karena sanksi baru AS terhadap produsen utama Rusia memicu kekhawatiran pasokan.
Kedua dari sisi domestik, ada Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan (BI-Rate) 4,75%, suku bunga deposit facility sebesar 3,75% dan suku bunga lending facility sebesar 5,5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 21-22 Oktober 2025. Ada pula, sentimen dari Danantara yang berencana melebur asset management yang dimiliki oleh BBRI, BMRI dan BBNI menjadi entitas Asset Management Nasional yang memiliki AUM sebesar $8Bn dan ditargetkan terlaksana pada 1Q26F.
Proyeksi dan Rekomendasi IPOT Pekan Ini
Berbicara tentang potensi market pada pekan ini (27-31 Oktober 2025), David mengakui kondisi pasar modal Indonesia masih akan positif dipengaruhi oleh sentimen dan katalis kunci earning season, dimana musim laporan keuangan atau earning season akan dimulai dan kali ini pelaku pasar akan menyoroti kinerja emiten besar di berbagai sektor untuk mencari arah pasar berikutnya.
“Para trader wajib menyimak laporan keuangan yang release 1-2 minggu kedepan dan memanfaatkan momentum earning season jika harga terapresiasi signifikan. Sementara itu untuk investor, tetap pantau pertumbuhan growth fundamental dan akumulasi secara bertahap,” saran David.
Merespons dinamika pasar ini, IPOT yang kini telah bertransformasi menjadi Wealth Creation Platform merekomendasikan strategi investasi yang berfokus pada saham-saham mulai uptrend dan keluar dari downtrend dengan Booster Modal dan instrumen obligasi yang kesemuanya ini bisa dikelola dengan fitur Multi-Account untuk memisahkan setiap strategi ataupun tujuan investasi sehingga risiko lebih mudah untuk dikelola dan fitur Shared Access yang dapat digunakan keluarga dan komunitas untuk berkolaborasi dan berinvestasi bersama.
1. Buy KLBF (Current Price: 1.225, Entry: 1.225, Target Price: 1.325 (8,16%), Stop Loss: 1.180 (-3,67%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,2). KLBF mencatat kinerja keuangan stabil dan valuasi P/E tergolong rendah serta secara teknikal terlihat mulai bergerak uptrend sehingga kayak buy.
2. Buy CPIN (Current Price: 5.150, Entry: 5.150, Target Price: 5.500 (6,80%), Stop Loss: 5.000 (-2,91%) dan Risk to Reward Ratio 1:2,3). Emiten ini terdongkrak program MBG yang dapat meningkatkan konsumsi daging dan EPSnya diproyeksikan akan tumbuh double digit. Yang lebih menarik, emiten ini mulai keluar dari downtrend channelnya.
3. Buy AKRA (Current Price: 1.210, Entry: 1.210, Target Price: 1.300 (7,44%), Stop Loss: 1.150 (-4,96%) dan Risk to Reward Ratio 1:1,5). Emiten ini tertopang tensi US dan Rusia yang memicu supply shock minyak. Selain itu, AKRA mencatatkan kenaikan laba 12% pada Q3/2025. Lebih menarik lagi, pada Jumat lalu high volume dengan indikasi reversal.
4. Buy Obligasi PBS038. Dengan kondisi obligasi 10 year yield Indonesia di area 6%, IPOT merekomendasikan PBS038 dengan kupon per tahun 6.875% dengan jatuh tempo 15 Desember 2049. YTM saat ini tercatat di level 6.6% bahkan lebih menarik daripada rata-rata ID10. (id09)













