Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Industri Asuransi Diminta Percepat Adopsi Kecerdasan Buatan

Industri Asuransi Diminta Percepat Adopsi Kecerdasan Buatan
ilustrasi/ist
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Industri asuransi di Indonesia diminta agar mempercepat adopsi kecerdasan buatan (AI), sebagai antisipasi menghadapi tekanan transformasi digital dan meningkatnya ekspektasi konsumen,

Melalui rangkaian workshop tematik yang segera digelar, kedua lembaga ini siap menjadi katalisator kolaborasi strategis antara pelaku industri asuransi, regulator, dan ekosistem teknologi.

“AI akan menjadi tulang punggung dalam penilaian risiko yang lebih akurat, efisiensi klaim, serta desain produk yang personal. Dunia asuransi tak lagi bisa mengandalkan pendekatan konvensional di era digital ini,” kata Founder digitalbank.id, Deddy H. Pakpahan seusai launch platform kolaborasi teknologi TechFusion Alliance di Jakarta, Senin (2/6/3025).

Deddy menekankan bahwa adopsi AI di industri asuransi bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan mendesak. Apalagi masih banyak perusahaan asuransi yang hanya fokus pada penggunaan AI untuk chatbot dan front-end, padahal potensi terbesarnya ada di back-end.

“Kita ingin menggeser cara pandang industri—bahwa AI bukan sekadar teknologi customer service, tapi alat strategis untuk predictive analytics, underwriting otomatis, hingga fraud detection,” jelasnya.

“Melalui workshop ini, kami ingin mendampingi industri asuransi membangun fondasi teknologi dan kompetensi internal, termasuk menjawab mandat POJK 34/2024 yang mewajibkan investasi SDM minimal 3,5% untuk pengembangan kompetensi. Karena pentingnya menyiapkan infrastruktur data dan SDM yang mumpuni,” tegasnya.

Senada dengan itu, Tuhu Nugraha, Principal IADERN, menjelaskan bahwa transformasi digital asuransi tidak bisa berjalan tanpa tata kelola AI yang bertanggung jawab.

“Kita bicara bukan hanya soal algoritma, tapi soal transparansi, keadilan, dan perlindungan konsumen. Kepercayaan publik terhadap AI dalam keputusan premi dan klaim harus dibangun melalui etika dan explainable AI,” tuturnya.

Menurut Tuhu, AI tidak bisa bekerja optimal tanpa kolaborasi antar-stakeholder. Karena itu, antara regulator, perusahaan asuransi, asosiasi, dan penyedia teknologi harus dikembangkan dalam ekosistem bersama. Kita butuh sandbox inovasi dan governance yang adaptif, bukan justru mengekang,” ungkapnya.

Ia juga menyoroti peran AI dalam menciptakan nilai tambah baru, terutama dalam pengembangan produk asuransi berbasis ESG (Environmental, Social, Governance).

“AI mampu memproses data lingkungan dan sosial untuk menghasilkan produk asuransi yang relevan dan berkelanjutan. Ini sejalan dengan tren green insurance dan tuntutan generasi muda terhadap keberlanjutan,” jelas Tuhu.

Workshop ini akan mengangkat berbagai topik strategis, antara lain AI dalam underwriting dan manajemen klaim otomatis, fraud detection dengan machine learning dan NLP, etika dan regulasi AI di industri asuransi, roadmap transformasi digital asuransi 2025–2030, penguatan SDM dan AI readiness, desain produk ESG dan green insurance berbasis AI.

Workshop disusun dalam format 2 hari intensif, dengan pendekatan interaktif, studi kasus, dan simulasi pembuatan roadmap digital berbasis AI. Peserta akan mendapatkan materi dari para pakar AI yang telah berpengalaman memberikan training AI dan menjadi pembicara di banyak event internasional.

Dengan pendekatan kolaboratif dan berbasis kebutuhan industri, digitalbank.id dan IADERN berharap workshop ini bisa menjadi titik tolak bagi percepatan transformasi digital asuransi Indonesia menuju era berbasis AI yang bertanggung jawab dan berdaya saing global.

Pada kesempatan itu, digitalbank.id dan IADERN juga me-launch TechFusion Alliance sebagai platform kolaborasi teknologi. Techfusion Alliance didirikan sebagai respons terhadap meningkatnya kebutuhan akan pengembangan teknologi canggih dan terkini di Indonesia.

Platfom kolaborasi ini diharapkan bisa membantu visi pemerintah percepatan adopsi teknologi AI, selain tentunya menjadi wadah bagi karyawan dan profesional yang mau tidak mau harus reskilling agar relevan dengan perkembangan teknologi.

Dengan latar belakang pertumbuhan pesat ekonomi digital dan meningkatnya permintaan akan solusi teknologi yang cerdas dan efektif, TechFusion Alliance muncul sebagai konsorsium yang bertujuan untuk mendorong kolaborasi lintas industri.

Platform kolaborasi ini memusatkan perhatian pada pengembangan dan penerapan teknologi terbaru, seperti Artificial Intelligence (AI), Machine Learning, Blockchain, Big Data, Internet of Things (IoT), Biometrik, Robotic Process Automation (RPA), Chatbot, Mobile Banking, dan teknologi Cloud.

“TechFusion Alliance juga memiliki misi besar untuk meningkatkan literasi digital di Indonesia. Banyak sektor bisnis di Indonesia yang masih dalam tahap awal transformasi digital, dan aliansi ini bertekad untuk menjadi jembatan yang menghubungkan inovasi teknologi global dengan kebutuhan spesifik lokal,” ujar Deddy.

Sementara Tuhu Nugraha mengungkapkan platform kolaborasi TechFusion Alliance ditargetkan mampu mempercepat adopsi teknologi baru di berbagai sektor industri di Indonesia, meningkatkan literasi digital masyarakat Indonesia melalui program edukasi dan workshop, membangun ekosistem digital yang kolaboratif antara perusahaan, startup, pemerintah, dan lembaga pendidikan serta mendukung transformasi digital bisnis kecil hingga menengah dengan solusi teknologi yang inovatif dan mudah diakses.

“Stakeholder-nya beragam, mulai dari perusahaan teknologi seperti penyedia solusi AI, blockchain, IoT, big data, dan teknologi terkait lainnya. Kemudian pemerintah. Kita akan bekerja sama dengan kementerian terkait untuk memajukan kebijakan literasi dan infrastruktur digital di Indonesia. Lalu ada perusahaan startup, dimana TechFusion mendukung dan memfasilitasi startup yang ingin memanfaatkan teknologi terdepan untuk skalabilitas,” lanjut Tuhu.

Selain itu, TechFusion Alliance juga akan melibatkan akademisi dan peneliti. Kolaborasi dengan universitas dan pusat penelitian untuk mengembangkan solusi teknologi yang relevan dengan kebutuhan lokal.

“Perusahaan seperti perbankan, asuransi, multifinance, dan fintech juga akan terlibat aktif dalam kolaborasi ini, mereka kan pengguna teknologi. Kita bisa sharing dan berdiskusi soal teknologi atau bahkan membuat event yang bermanfaat bagi semua stakeholder,” tutur Tuhu.

Intinya, lanjut Tuhu, TechFusion Alliance diharapkan bisa menjadi katalisator utama dalam transformasi digital di Indonesia, dengan fokus pada pengembangan teknologi terdepan yang mendukung kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat melalui literasi dan adopsi teknologi yang lebih luas. (J03)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE