Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Industri Batu Bata Pagar Merbau Tetap Bertahan Hadapi Tantangan Harga Dan Cuaca

Industri Batu Bata Pagar Merbau Tetap Bertahan Hadapi Tantangan Harga Dan Cuaca
Lukito (baju merah) memperlihatkan batu bata yang sedang dibongkar dari tempat pembakaran, Selasa (17/6/25). (waspada.id/adit)
Kecil Besar
14px

PAGAR MERBAU (Waspada): Industri pembuatan batu bata di Kecamatan Pagar Merbau, Kabupaten Deliserdang, tetap beroperasi meski menghadapi fluktuasi harga dan kendala cuaca.

Lukito, seorang pengrajin di Desa Suka Mulia, mengungkapkan hal tersebut Selasa (17/6/25). Usaha yang mempekerjakan 10 orang ini tetap berjalan berkat kesabaran dan keyakinan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Di tempat saya, ada 10 orang bekerja. Masing-masing punya tugas, dari mencetak, mengangkat, membakar hingga pengiriman,” ujar Lukito saat ditemui di lokasi usahanya.

Bahan baku utama, tanah merah dan tanah galong, dibeli dari agen dengan harga Rp600.000-Rp700.000 per truk. Proses produksi meliputi pencetakan, penjemuran, dan pembakaran menggunakan kayu sisa mebel dan janjang sawit dari pabrik kelapa sawit (PKS). Produksi harian mencapai 20.000-25.000 batu bata.

Namun, persaingan harga yang tidak sehat di Pagar Merbau, yang merupakan sentra penghasil batu bata terbesar di Sumatera Utara, membuat harga jual tidak stabil. “Di Pagar Merbau ini terlalu banyak pengrajin batu bata, sehingga terjadi persaingan harga. Hal itu membuat stok batu bata cukup banyak sehingga harga tidak stabil atau murah,” jelas Lukito.

Cuaca menjadi faktor penentu. Musim hujan menghambat produksi karena kesulitan pengeringan bahan baku dan akses jalan yang sulit. “Satu truk tanah bisa jadi 10 ribu batu bata. Musim hujan, produksi berhenti. Harga batu bata bisa naik sampai Rp500 per batu. Musim panas, harga bisa turun sampai Rp350,” tambahnya. Produksi harian Pagar Merbau mencapai jutaan batu bata.

Pemasaran dilakukan melalui media sosial, agen proyek, dan toko bangunan, menjangkau Siantar, Berastagi, Tebingtinggi, dan Medan. Lukito berharap pemerintah daerah memberikan perhatian, termasuk membentuk koperasi untuk menstabilkan harga dan meningkatkan kekompakan pengrajin.

“Harapan saya ada kekompakan pengrajin batu bata, sehingga harga bisa stabil. Modal usaha ini besar, sementara harganya murah. Pemerintah daerah bisa membantu pembentukan koperasi agar harga jual batu bata seragam dan stabil,” harapnya. (rin/Adit)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE