JAKARTA (Waspada.id): Dinilai berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi, industri perkebunan kelapa sawit mendapat dukungan berupa kehadiran ESG Advisory Playbook dari PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.
Inisiatif ini menjadikan BNI sebagai bank pertama di Indonesia yang menyediakan panduan komprehensif untuk mendampingi debitur dalam melakukan transisi hijau secara terarah, terukur, dan sesuai standar global.
Langkah tersebut merespons meningkatnya tuntutan internasional terhadap praktik industri sawit yang berkelanjutan. Misalnya, adanya regulasi European Union Deforestation Regulation (EUDR) yang berdampak langsung pada rantai pasok komoditas sawit Indonesia.
Peluncuran playbook dilakukan dalam rangkaian BNI ESG & Sustainability Transition (BEST) Event 2025 bertema ‘Driving Sustainability in Palm Oil Sector with BNI’ di Menara BNI kemarin.
Wakil Direktur Utama BNI Alexandra Askandar menegaskan playbook ini merupakan alat pendampingan strategis bagi pelaku industri sawit untuk memperkuat praktik keberlanjutan mereka di tengah dinamika regulasi global.
Advisory playbook ini merupakan panduan bagi para pelaku usaha untuk memulai dan meningkatkan upaya transisi sesuai strategi dan kapabilitas perusahaan, sehingga proses transisi dapat dilakukan secara lebih sistematis dan terarah,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (20/11/2025).
Dia menambahkan, peluncuran playbook ini melanjutkan keberhasilan BEST Event 2024, yang sebelumnya fokus pada implementasi Taksonomi Keuangan Berkelanjutan Indonesia (TKBI) bagi debitur sektor energi. Tahun ini, BNI memperluas cakupan pendampingan ke sektor kelapa sawit sebagai sektor strategis dengan kontribusi besar terhadap ekonomi nasional.
“Sebagai bank pertama di Indonesia yang memiliki advisory playbook, hal ini menegaskan komitmen BNI untuk terus menjadi mitra debitur dan mendukung proses transisi Indonesia menuju target NDC 2060 atau lebih cepat,” kata dia.
Adapun penyusunan playbook dilakukan melalui Focus Group Discussion (FGD) pada 30 Oktober 2025. Penyusunan melibatkan berbagai pihak, termasuk International Finance Corporation (IFC), Kementerian Pertanian, GAPKI, serta PT Perkebunan Nusantara IV (PTPN IV).
“Masukan dari para pemangku kepentingan menjadi fondasi penting sehingga playbook bersifat aplikatif, relevan, dan mampu menjawab tantangan nyata industri sawit di lapangan,” tandas Alexandra.
Dikatakan, peluncuran playbook ini bukan hanya bentuk dukungan sesaat, melainkan bagian dari komitmen pendampingan jangka panjang kepada debitur dalam menghadapi perubahan lanskap industri global.
“Advisory playbook ini kami harapkan dapat menjadi panduan praktis bagi para pelaku usaha untuk merancang dan memperkuat upaya transisi yang selaras dengan strategi dan kapabilitas perusahaan, sehingga setiap pelaku usaha memiliki akses terhadap pendampingan yang relevan dan solutif dalam menghadapi dinamika transisi keberlanjutan,” tuturnya.
Dengan hadirnya ESG Advisory Playbook untuk sektor kelapa sawit, BNI semakin mengukuhkan perannya sebagai lembaga keuangan yang aktif mendorong transformasi keberlanjutan di sektor-sektor strategis nasional.
Langkah ini sekaligus menjadi kontribusi nyata dalam mendukung pencapaian Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia menuju target net-zero emission 2060 atau lebih cepat, serta memperkuat daya saing industri sawit Indonesia di pasar global.
Pada acara peluncuran, Vice President of Green Energy Business Development PT Perkebunan Nusantara IV Reina Haronima Tampubolon dan Direktur Keberlanjutan dan Keberperanan Pemangku Kepentingan Strategis PT Sinar Mas Agro Resources & Techonology Tbk Agus Purnomo, turut berbagi pengalaman mengenai penerapan roadmap transisi ESG serta tantangan dalam proses implementasinya.
Ketua Kelompok Budidaya Kelapa Sawit Direktorat Kelapa Sawit dan Aneka Palma Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, Togu Rudianto Saragih juga memaparkan arah kebijakan untuk mempercepat transisi keberlanjutan di sektor sawit.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Mukti Sardjono menegaskan pentingnya kolaborasi lintas pelaku usaha bersama pemangku kepentingan. (Id88)












