JAKARTA (Waspada): Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Saleh Husin mengatakan, umumnya industri bersifat padat karya yang paling terdampak dari kebijakan tarif impor baru Amerika Serikat (AS) sebesar 32 persen.
Keempatnya yaitu industri tekstil, elektronik, alas kaki, dan perikanan, karena sektor tersebut selama ini menjadikan AS sebagai pasar utama ekspor. Kenaikan tarif impor AS dikhawatirkan menekan daya saing sektor tersebut.
“Bahkan industri yang bersifat padat karya ini akan berpotensi menimbulkan PHK, jika kondisi ini terus berlangsung,” ujar Saleh dalam keterangan tertulis, Rabu (9/7/2025).
Ia menilai tambahan tarif membuat harga barang ekspor dari Indonesia jadi lebih mahal. Imbasnya bisa menekan ekspor dan laba industri dalam negeri.
Hal ini tentunya akan mengurangi laba yang diperoleh industri dalam negeri, yang dalam jangka panjang bisa menyebabkan terjadinya PHK,” lanjutnya.
Saleh juga menyoroti kontraksi manufaktur selama tiga bulan terakhir. Ia menyarankan pemerintah segera mengambil langkah untuk mengantisipasi dampaknya.
Menurutnya, negosiasi dengan AS harus tetap berjalan. Pemerintah juga perlu merancang insentif untuk industri yang terdampak agar kerugian tidak meluas.
“Selain itu perlu menyusun strategi jangka panjang untuk mengurangi ketergantungan terhadap pasar AS dengan melakukan diversifikasi pasar ekspor,” urainya.
Saleh mendesak agar pemerintah mulai melakukan penjajakan dengan pasar-pasar nontradisional, seperti negara-negara di kawasan Afrika, Eropa Timur, Timur Tengah, Amerika Selatan, dan Asia Selatan.
“Hal yang tidak kalah penting adalah dengan mengoptimalkan penyerapan produk di pasar dalam negeri, misalnya dengan kebijakan TKDN pada pengadaan pemerintah,” tambah Saleh.
Presiden AS Donald Trump sebelumnya mengumumkan tarif impor baru untuk 14 negara, termasuk Indonesia, pada Senin (7/7/2025). Besarnya mencapai 32 persen dan mulai berlaku 1 Agustus 2025.
Respon Menko Airlangga
Merespon tarif impor AS untuk Indonesia tersebut, saat ini Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sudah berada di Washington DC untuk melanjutkan negosiasi.
Kunjungan diplomasi Airlangga dilakukan segera setelah ia mendampingi Presiden Prabowo Subianto dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS di Rio de Janeiro, Brasil. Dijadwalkan Airlangga pada Selasa (8/7/2025) dan akan bertemu dengan pejabat pemerintah AS.
Juru Bicara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Haryo Limanseto menyampaikan, Menko Airlangga dijadwalkan akan mengadakan pertemuan dengan perwakilan Pemerintah AS untuk mendiskusikan segera keputusan tarif Presiden Donald Trump untuk Indonesia yang baru saja keluar
Rugikan Konsumen AS
Sebelumnya, Anggota Komisi VI DPR RI Muhammar Sarmuji menyayangkan keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang memberlakukan tarif impor sebesar 32 persen terhadap semua produk asal Indonesia.
Ia menilai kebijakan tarif impor Trump bukan hanya merugikan eksportir Indonesia, tetapi justru paling banyak merugikan konsumen di AS sendiri.
“Tarif tinggi atas produk Indonesia akan berdampak langsung pada warga Amerika yang harus membayar barang-barang asal Indonesia dengan harga jauh lebih mahal,” kata Ketua Fraksi Partai Golkar DPR RI tersebut dalam keterangannya, Selasa (8/7/2025).
Selain itu, sambungnya, efek domino ini akan terasa pada inflasi domestik dan daya beli masyarakat Amerika. Kebijakan tarif semacam ini seharusnya dilihat tidak hanya dari kacamata neraca perdaganga, tetapi juga dari dampak riil terhadap konsumen akhir.
Produk-produk Indonesia yang selama ini diminati konsumen AS karena daya saing harga dan kualitas akan menjadi tidak kompetitif, sehingga mengganggu ekosistem perdagangan yang saling menguntungkan.
“Hubungan ekonomi yang sehat adalah yang bersifat mutualistik. Ketika salah satu pihak memberatkan yang lain, maka tidak ada yang benar-benar diuntungkan dalam jangka panjang,” tutur Sarmuji. (J03)