Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Inflasi Bulan Juni Capai 0,19 Persen

Inflasi Bulan Juni Capai 0,19 Persen
perdagangan kebutuhan pokok/ ist
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Inflasi di Indonesia pada bulan Juni 2025 mencapai 0,19% secara bulanan (month to month/MtM), naik dari posisi Mei 2025 yang deflasi 0,37%.

Sedangkan secara tahunan Indonesia mencatatkan inflasi 1,87% (year on year/YoY) per Juni 2025, posisinya naik dari Mei 2025 dengan inflasi 1,60% (YoY).

“Terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 108,07 pada Mei 2025 menjadi 108,27 pada Juni 2025 ,” ujar Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini di Jakarta, Selasa (1/7/2025).

Kelompok pengeluaran penyumbang terbesar atau faktor penyebab inflasi Juni 2025 adalah makanan, minuman, dan tembakau dengan andil inflasi sebesar 0,19%.

Komoditas penyumbang inflasi utama kelompok ini adalah beras, cabai rawit, bawang merah, dan tomat, sehingga komoditas harga pangan jadi penyebab inflasi Juni 2025.

Pudji menjelaskan bahwa terdapat hari raya Idul Adha, tahun baru Islam 1447 Hijriah, dan libur sekolah pada Juni 2025, juga perkembangan harga BBM nonsubsidi.

“Momen-momen itu turut mempengaruhi kondisi inflasi Juni 2025,” jelasnya.

Surplus 61 Bulan

Sementara untuk neraca perdagangan Indonesia, BPS mencatat kembali surplus mencapai US$4,3 miliar per Mei 2025, atau mengalami surplus sepanjang 61 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.

Pudji menjabarkan bahwa Indonesia mencatatkan ekspor senilai US$24,61 miliar atau naik 9,68% (year on year/YoY). Adapun, nilai impor mencapai US$20,31 miliar atau naik 4,14% YoY. Alhasil Indonesia mencatatkan surplus neraca dagang US$4,3 miliar.

“Pada Mei 2025, neraca perdagangan barang mencatat surplus sebesar US$4,3 miliar dan neraca perdagangan indonesia telah mencatat surplus selama 61 bulan berturut turut sejak Mei 2020,” papar Pudji

Surplus pada Mei 2025 lebih ditopang oleh surplus pada komoditas non-migas yaitu sebesar US$5,83 miliar.

Dengan komoditas penyumbang surplus utama adalah lemak dan minyak hewani/nabati (HS15), bahan bakar mineral (HS27), serta besi dan baja (HS72).

Pada saat yang sama, neraca perdagangan nonmigas tercatat defisit US$1,53 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan minyak mentah. (J03)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE