MEDAN (Waspada.id): Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada perdagangan Rabu (10/9), berada di level 7.682 setelah sebelumnya sempat tertekan akibat sentimen reshuffle kabinet.
Kenaikan ini terjadi seiring dengan pergerakan positif mayoritas bursa Asia, meski data ekonomi dari China menunjukkan sinyal perlambatan.
China merilis data indeks harga konsumen (CPI) Agustus yang mencatat deflasi 0,4% secara tahunan. Angka ini lebih dalam dibandingkan deflasi 0,2% pada bulan sebelumnya. Kondisi tersebut mengindikasikan perekonomian Negeri Tirai Bambu semakin tertekan. Namun, bursa saham China justru masih mampu bergerak di zona hijau, diikuti bursa Asia lainnya.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, menilai pergerakan IHSG hari ini mendapat dukungan dari faktor eksternal dan domestik.
“Meski China melaporkan deflasi yang lebih dalam, pasar tampaknya menilai ada ruang stimulus tambahan dari pemerintahnya. Sementara di dalam negeri, investor sedang menanti rilis data Indeks Kepercayaan Konsumen dan penjualan ritel, yang berpotensi menjadi penggerak utama pasar,” ujar Gunawan.
Di sisi lain, pasar keuangan global juga relatif stabil. Imbal hasil US Treasury dan USD Index terpantau mendatar, sehingga memberi ruang bagi Rupiah untuk bergerak positif. Rupiah pada pembukaan perdagangan diperdagangkan stabil dengan kecenderungan menguat di kisaran Rp16.460 per dolar AS, setelah sehari sebelumnya sempat berada di zona merah.
Sementara itu, harga emas dunia justru melemah tipis ke level USD 3.633 per ons troy, atau setara sekitar Rp1,93 juta per gram.
“Tekanan pada harga emas sejalan dengan meredanya kekhawatiran pasar terhadap gejolak keuangan global. Saat ini investor lebih menantikan rilis sejumlah data ekonomi penting dari AS maupun domestik,” jelas Gunawan. (id09)