JAKARTA (Waspada): PLT Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Amalia Adininggar Widyasanti menyampaikan, nilai ekspor bulan Juli 2023 mencapai US$20,88 miliar atau naik tipis sebesar 1,36 persen dibandingkan bulan sebelumnya
Menurutnya, kinerja ekspor bulan Juli ini lebih didorong oleh kenaikan ekspor non migas terutama pada barang dari besi dan baja sebesar 47,33 persen.
“Kenaikan ekspor nikel sebesar 43,29 persen serta berbagai produk kimia yang naik sebesar 11,14 persen,” ujarnya secara virtual, Selasa (15/8/2023).
Sedangkan ekspor migas justru mengalami penurunan.Jika dilihat secara bulanan, penurunan nilai ekspor migas senilai US$1,23 miliar atau turun 2,51 persen dibandingkan Juni 2023.
“Penurunan ekspor migas sebesar 2,61 persen ini dikarenakan menurunnya nilai ekspor komoditas minyak mentah dan hasil minyak dibandingkan dengan bulan sebelumnya,” jelasnya.
Sementara nilai ekspor jika dilihat secara tahunan, ekspor Juli 2023 mengalami penurunan cukup dalam sebesar 18,03 persen jika dibandingkan dengan Juli 2022. Penurunan terjadi baik pada ekspor migas maupun non migas.
“Penurunan nilai ekspor ini melanjutkan tren yang terjadi sejak awal tahun 2023 seiring dengan menurunnya harga-harga komoditas unggulan di pasar global dibandingkan dengan tahun lalu,” jelasnya.
Ekspor Turun Tajam
Data BPS menunjukkan, nilai ekspor periode Januari hingga Juli 2023 mencapai US$149,53 miliar, atau turun tajam sebesar -10,27 persen, dibandingkan tahun 2022 yaitu sebesar US$166,64 miliar.
“Total ekspor pada periode Januari-Juli 2023 mencapai angka US$149,53 miliar atau turun sebesar minus10,27 persen, dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya,” ungkap Amalia
Ekspor nonmigas pada periode Januari hingga Juli 2023 ini mencapai US$140,47 miliar atau turun minus 10,76 persen dibandingkan 2022 yaitu US$157,41 miliar.
Sedangkan ekspor migas mencapai US$9,07 miliar atau turun -1,78 persen dibandingkan 2022 yaitu US$9,23 miliar.
Adapun jika dilihat dari sektornya, BPS mencatat penurunan nilai ekspor secara kumulatif ini terjadi di seluruh sektor. Utamanya sektor pertambangan yang menurun tajam.
“Secara kumulatif penurunan terdalam dialami sektor pertambangan dan lainnya sebesar -13,78 persen. Dimana hal ini sejalan dengan harga komoditas pertambangan di pasar global,” tutur Amalia.
Sementara sektor Pertanian, di periode ini mencapai US$2,51 miliar atau turun -3,40 persen dari 2022 yaitu sebesar US$2,59 miliar.
Pada industri Pengolahan, nilai ekspornya mencapai US$107,32 miliar atau turun -10,02 persen dari 2022 yang sebesar US$119,28 miliar.
Impor Naik
Sebaliknya, nilai impor pada Juli 2023 mengalami kenaikan 14,1 persen menjadi US$19,57 miliar, dibandingkan Juni 2022 yaitu US$17,15 miliar.
Amalia mengatakan, total nilai impor pada Juli 2023 mengalami kenaikan cukup tinggi secara bulanan setelah mengalami penurunan pada bulan sebelumnya.
“Perkembangan impor pada Juli 2023 impor mencapai 19,57 miliar dolar AS atau naik sebesar 14,1 persen dibandingkan bulan Juni 2023,” paparannya.
Peningkatan nilai impor ini terjadi pada kelompok migas dan nonmigas. Impor migas pada Juli 2023 senilai 3,13 miliar dolar AS atau naik 40,94 persen dibandingkan Juni 2023.
“Peningkatan impor migas sebesar 40,94 persen disebabkan karena meningkatnya impor minyak mentah yang naik sebesar 83,36 persen,” tuturnya.
Sedangkan impor non-migas di bulan Juli 2023 senilai 16,44 miliar dolar AS atau naik 10,1 persen dibandingkan Juni 2023. (J03)











