Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Kinerja Ekspor Karet Alam Sumatera Utara Masih Stagnan

Kinerja Ekspor Karet Alam Sumatera Utara Masih Stagnan
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Volume ekspor karet alam asal Sumatera Utara pada September 2025 tercatat sebesar 22,653 ton, mengalami kenaikan +14,6% (MoM) dibandingkan Agustus 2025 yang mencapai 19,765 ton. Namun secara tahunan (YoY), kinerja ekspor masih melemah -13,0% dibandingkan dengan September 2024 yang mencapai 26,042 ton.

Secara keseluruhan, ekspor karet Sumatera Utara pada September 2025 dikirim ke 24 negara tujuan, dengan 11 di antaranya negara Eropa.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Volume ekspor bulan ini menunjukkan tren yang belum pulih ke kondisi normal, di mana rata-rata ekspor bulanan karet dari provinsi ini dapat mencapai sekitar 42 ribu ton per bulan, stabil pada periode sebelum pandemi dan krisis global,” ujar Sekretaris Eksekutif Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Sumut, Edy Irwansyah, Jumat (24/10).

Permintaan Global Masih Lesu

Edy menyebutkan, menurut pelaku industri, stagnasi ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan global, terutama dari sektor otomotif di Asia Timur dan Amerika Utara. Aktivitas manufaktur ban di beberapa negara tujuan utama seperti Jepang, Tiongkok, dan Amerika Serikat masih tertekan akibat tingginya biaya logistik dan melemahnya permintaan kendaraan baru.

“Kondisi ini berdampak langsung terhadap serapan ekspor karet alam Sumatera Utara, yang selama ini menjadi salah satu pemasok utama bahan baku karet olahan Indonesia,” ujarnya.

Produksi Menurun

Dari sisi pasokan, lanjutnya, produksi karet alam di Sumatera Utara juga menurun. Bulan September menandai awal musim hujan di sejumlah wilayah perkebunan rakyat, sehingga aktivitas penyadapan berkurang.

“Banyak petani karet di daerah seperti Tapanuli, Simalungun, Deli Serdang, Langkat, dan Asahan menunda penyadapan pada hari-hari dengan hujan yang mengganggu aktivitas penyadapan. Akibatnya, pasokan bahan baku dari tingkat petani terbatas, memperkuat tren stagnasi volume ekspor,” ujarnya.

Harga Global Membaik

Meskipun volume ekspor melemah, harga karet global mulai menunjukkan tren penguatan. Rata-rata harga karet SICOM TSR20 di pasar internasional selama September 2025 mencapai 173,63 sen AS per kilogram, dan pada penutupan 23 Oktober 2025 harga tercatat di 173,70 sen AS/kg.

“Kenaikan harga ini dipicu oleh terbatasnya pasokan dari negara produsen utama di Asia Tenggara dan ekspektasi membaiknya konsumsi karet dunia menjelang akhir tahun,” katanya.

Negara Tujuan Ekspor Utama

Sepanjang September 2025, lima negara dengan volume ekspor terbesar berasal dari Jepang (26,98%), diikuti oleh Amerika Serikat (25,55%), Tiongkok (13,79%), India (7,57%), dan Brasil (7,12%). Kelima negara tersebut menyerap lebih dari 80 persen total ekspor karet alam Sumatera Utara, mencerminkan dominasi pasar Asia Timur dan Amerika dalam perdagangan karet dari wilayah ini.

Sementara itu, ekspor ke kawasan Eropa melibatkan 11 negara tujuan, dengan pangsa gabungan sekitar 7,93% dari total ekspor September 2025. Negara-negara tersebut meliputi Spanyol (1,51%), Italia (1,25%), Jerman (0,98%), Luksemburg (0,89%), Yunani (0,89%), Belgia (0,45%), Slovenia (0,45%), Kroasia (0,45%), Prancis (0,36%), Rumania (0,36%), dan Serbia (0,36%).

Ekspor ke kawasan ini relatif stabil, terutama karena beberapa pembeli industri ban dan produk karet teknis di Eropa masih mempertahankan kontrak jangka panjang dengan pemasok Indonesia.

Penundaan EUDR dan Dampaknya

Dari sisi kebijakan, pasar karet Eropa saat ini masih menunggu kejelasan terkait Regulasi Deforestasi Uni Eropa (EUDR).
Meskipun Parlemen Eropa sempat mengusulkan penundaan penerapan penuh EUDR, Komisi Eropa menegaskan rencana tetap memberlakukan regulasi ini pada 30 Desember 2025, dengan penundaan enam bulan khusus bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM) di kawasan Eropa.

Regulasi ini mewajibkan seluruh produk yang masuk ke pasar Uni Eropa, termasuk karet alam, memiliki jaminan bebas deforestasi dan bukti rantai pasok yang transparan.

Bagi eksportir karet Sumatera Utara, hal ini menuntut kesiapan sistem ketertelusuran (traceability) yang lebih baik agar ekspor ke Eropa tetap terjaga setelah regulasi diterapkan.

Outlook

Edy menyebutkan, dengan kombinasi permintaan yang masih lemah, pasokan terbatas akibat cuaca, serta ketidakpastian kebijakan perdagangan Eropa, kinerja ekspor karet Sumatera Utara diperkirakan akan tetap moderat hingga akhir 2025.

“Namun, stabilnya harga internasional dan membaiknya koordinasi pelaku rantai pasok diharapkan dapat menahan penurunan lebih lanjut dan memberi sinyal pemulihan pada kuartal pertama 2026,” pungkasnya. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE