Pagi itu, pasar ikan bukan sekadar tempat jual beli. Ia menjadi ruang dialog antara masyarakat dan aparat, antara harapan kecil rakyat dengan kebijakan yang lebih besar.
Udara pagi di Pasar Ikan Kecamatan Batee, Kabupaten Pidie, terasa lembab namun penuh kehidupan. Suara teriakan pedagang menawarkan ikan segar bersahutan dengan langkah kaki pembeli yang bergegas mencari bahan untuk menu harian keluarga. Aroma laut, percikan air, dan riuh obrolan membentuk harmoni khas pasar tradisional pesisir.
Di tengah keramaian itu, sosok berseragam cokelat tampak menyapa satu per satu pedagang. Dialah Jaka Mulyana, S.I.K., M.I.K., Kapolres Pidie, yang pagi itu turun langsung ke pasar untuk melihat denyut nadi ekonomi rakyat kecil.
Tanpa jarak, Kapolres berjabat tangan dengan para pedagang ikan yang sibuk menata hasil tangkapan nelayan. “Bagaimana harga hari ini, Bu?” tanyanya hangat kepada salah satu pedagang. Sembari tersenyum, sang pedagang menjawab bahwa harga masih stabil, meski pasokan ikan beberapa hari terakhir sempat turun karena cuaca.

“Kami ingin memastikan harga ikan tetap stabil dan pasokan dari nelayan berjalan lancar. Kalau ada kendala, kami siap bantu koordinasi,” ujar AKBP Jaka Mulyana di sela peninjauan.
Momen ini bukan sekadar kunjungan formal. Kapolres benar-benar mendengar keluhan dan harapan warga. Para pedagang mengeluhkan parkir kendaraan yang kerap semrawut, sementara pembeli berharap pasar lebih bersih dan nyaman.
Kehadiran polisi di pasar seringkali diasosiasikan dengan razia atau patroli. Namun pagi itu, suasana berbeda. Kapolres datang bukan untuk menegur, melainkan untuk memastikan rantai pasok pangan tetap terjaga dan harga tidak melonjak menjelang akhir pekan.
Pasar ikan merupakan barometer kecil kestabilan ekonomi di daerah pesisir. Ketika pasokan ikan terganggu, efeknya terasa hingga dapur masyarakat. Karena itulah, Kepolisian Resor Pidie ingin hadir bukan hanya sebagai penegak hukum, tetapi juga sebagai mitra masyarakat dalam menjaga roda ekonomi tetap berputar.
Selain memantau harga, Kapolres mengingatkan pentingnya kebersihan pasar dan tertib lalu lintas di sekitar area jual beli. Penataan parkir kendaraan, arus masuk pembeli, dan area bongkar muat ikan menjadi perhatian khusus.
“Pasar yang tertib akan membuat pembeli nyaman. Kalau nyaman, pedagang juga lebih untung,” ujarnya sambil menunjuk area parkir yang mulai padat.
Seorang pedagang ikan berusia 50 tahun menyampaikan rasa terima kasihnya. “Kami senang Kapolres mau turun langsung. Kami merasa diperhatikan. Semoga harga tetap stabil dan pasar makin aman,” ucapnya.
Warga lain, seorang ibu rumah tangga, mengaku lebih tenang berbelanja ketika ada aparat yang berjaga dan peduli pada kondisi pasar. “Rasanya aman dan harga juga tidak terlalu tinggi,” katanya.
Kunjungan ini hanyalah satu dari banyak cara polisi mendekatkan diri dengan masyarakat. Dengan mendengar langsung dari pedagang dan pembeli, Polres dapat mengambil langkah preventif dan responsif terhadap persoalan ekonomi sehari-hari.

Pagi itu, pasar ikan bukan sekadar tempat jual beli. Ia menjadi ruang dialog antara masyarakat dan aparat, antara harapan kecil rakyat dengan kebijakan yang lebih besar.
Dan ketika Kapolres melangkah meninggalkan pasar, riuh aktivitas tetap berlanjut—namun ada secercah rasa tenang yang tersisa: bahwa negara, melalui aparatnya, hadir di tempat-tempat paling sederhana di kehidupan rakyat.
Muhammad Riza