JAKARTA (Waspada): Pemerintah diminta mengevaluasi stok kebutuhan gula dan garam industri untuk mengantisipasi kekurangan pasokan menjelang bulan Ramadhan serta Lebaran, terlebih khusus lagi sampai akhir tahun ini.
“Stok kedua bahan baku tersebut akan tercukupi untuk memenuhi kebutuhan lebaran. Hanya saja, kecukupannya sampai akhir tahun perlu dipastikan kembal” kata Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman, Selasa (22/2).
Menurutnya, stok aman sampai lebaran, hanya saja setelah lebaran perlu evaluasi karena neraca komoditas garam keluar masih di bawah perkiraan pihaknya
Dia katakan, kuota impor garam industri untuk tahun ini sebesar 460.000 ton, sedangkan usulan dari Gapmmi untuk kebutuhan tahun ini sebesar 630.000 ton. Hal itu dengan asumsi sisa kebutuhan dapat dipasok petani garam lokal.
“Di masa panen, garam lokal diharapkan dapat memenuhi kebutuhan industri di luar kuota impor,” ujar Adhi.
Sementara itu, serapan garam lokal ke industri pada tahun lalu tercatat 150.000 ton. Adapun untuk gula kristal rafinasi (GKR), kuota impor yang disepakati untuk tahun ini sebesar 3,48 juta ton.
Adhi memperkirakan kebutuhan gula industri akan membengkak 200.000 ton hingga 300.000 ton seiring kenaikan permintaan jelang lebaran.
Selain permintaan yang naik, industri tidak memiliki sisa stok dari kebutuhan tahun lalu sehingga kuota impor tersebut diproyeksikan akan terlampaui.
“Neraca komoditas gula sesuai, namun tetap perlu dievaluasi bila masa puasa dan lebaran ini terjadi lonjakan,” tuturnya.
Mengenai dampak perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Adhi mengaku belum ada dampak yang terlalu signifikan pada permintaan. Hal ini berdasarkan laporan ritel dari minimarket dan pasar tradisional masih menunjukkan geliat permintaan.
“Yang masih tampak sepi yakni supermarket karena umumnya beroperasi di dalam mal, yang jumlah kunjungan dan jam operasionalnya terbatas. Selain itu, market dan general trade tetap bagus,” jelasnya. (J03)