HUMBANG HASUNDUTAN (Waspada.id): Dosen Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Medan melaksanakan magang lapangan bersama petani kopi di Kabupaten Humbang Hasuduntan.
Magang lapangan ini bekerjasama dengan PT Louis Dreyfus Company (LDC) yang melakukan pendampingan terhadap petani kopi melalui program pembinaan petani kopi di Humbang Hasundutan.
Kegiatan ini sejalan dengan arahan Menteri Pertanian, Andi Amran yang menekankan pentingnya penumbuhan wirausahawan baru di sektor pertanian.
“Kita dukung penumbuhan wirausaha di bidang pertanian. Jika perlu, kita bangun dan tingkatkan kembali inkubasi agribisnis agar bisa menampung wirausahawan potensial,” ujar Mentan.
Sementara itu, Kepala BPPSDM Pertanian, Idha Widi Arsanti mengatakan, peningkatan kapasitas sumber daya manusia menjadi kunci utama dalam mendorong kemajuan sektor pertanian.
Hal senada juga disampaikan Direktur Polbangtan Medan, Nurliana Harahap yang mengatakan, dosen Polbangtan Medan berkomitmen meningkatkan kapasitas petani melalui penerapan praktik pertanian berkelanjutan.
“Dengan cara kegiatan penyuluhan akan difokuskan pada Good Agricultural Practices (GAP), sistem agroforestri, serta penguatan kemampuan pencatatan usaha tani,” ujarnya.
Dosen Polbangtan Medan yang mengikuti magang yaitu Rahmi Eka Putri, dengan bidang keahlian Pengolahan dan Pascapanen, Merlyn Mariana, dengan bidang keahlian Agronom dan Budidaya Tanaman, dan Puji Wahyu Mulyani di bidang keahlian Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian.
Ketiga dosen telah selesai melakukan Asesmen lapangan pada Tanggal 13-14 Oktober 2025 pada kelompok tani yang berlokasi di Kecamatan Dolok Sanggul, Kecamatan Pollung, dan Kecamatan Lintong Nihuta.
Menurut salah satu dosen Polbangtan Medan, Puji Wahyu Mulyani, bahwa hasil asesmen lapangan menjadi acuan dalam penyusunan modul penyuluhan yang inklusif sesuai dengan karakteristik petani kopi dan kearifan lokal masyarakat di Kabupaten Humbang Hasundutan.
“Permasalahan yang dihadapi adalah rendahnya kualitas dan konsistensi pencatatan usaha tani oleh petani sehingga data produktivitas, biaya, dan penerapan praktik kebun kurang lengkap. Hal ini berdampak pada kesulitan dalam mengukur dan memantau jejak karbon (carbon footprint) di tingkat petani,” ujarnya.
Kegiatan magang ini, sambung Puji, akan dilanjutkan dengan penelitian bersama. Program ini diharapkan menghasilkan rekomendasi praktis untuk penerapan pengukuran dan pengurangan emisi karbon di tingkat petani, yang dapat diintegrasikan ke dalam program pembinaan LDC. (id09)













