MEDAN (Waspada.id): Pasar keuangan domestik dibuka lesu di awal pekan. Setelah sempat menguat di awal sesi perdagangan, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berbalik arah dan ditutup anjlok 1,87% di level 8.117,151, setelah sempat menyentuh titik terendahnya di 7.959.
Sejumlah saham unggulan menekan kinerja IHSG hari ini, di antaranya BMRI, BRPT, AMMN, BUMI, hingga PTRO.
Menurut Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, pelemahan IHSG kali ini lebih disebabkan oleh dominasi sentimen eksternal di tengah minimnya faktor domestik yang mampu mengimbangi tekanan pasar global.
“Pelaku pasar masih cenderung wait and see. Tidak ada sentimen ekonomi besar dari dalam negeri, sementara faktor eksternal seperti imbal hasil US Treasury dan negosiasi dagang AS–China terus menjadi beban psikologis bagi investor,” jelas Gunawan, Senin (27/10).
Gunawan menambahkan, mata uang rupiah juga melemah di kisaran Rp16.610 per dolar AS, tertekan oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun yang kembali menembus 4%.
“Kenaikan yield US Treasury memicu arus keluar dari aset berisiko di negara berkembang. Meski indeks dolar AS relatif stabil di kisaran 98, tekanan terhadap rupiah tetap terasa,” ujarnya.
Minimnya sentimen positif membuat pelaku pasar lebih banyak mengandalkan analisis teknikal. Sementara itu, perhatian investor global masih tertuju pada potensi kesepakatan dagang antara Amerika Serikat dan China yang dijadwalkan berlangsung pekan ini.
Gunawan menilai, ketidakpastian hasil negosiasi dagang tersebut berpotensi memperpanjang fase koreksi di pasar saham maupun komoditas.
“Jika kesepakatan AS–China tidak mencapai kemajuan berarti, tekanan terhadap pasar keuangan akan berlanjut. Satu-satunya harapan yang bisa menahan pelemahan lebih dalam hanyalah spekulasi pemangkasan bunga acuan The Fed,” tambahnya.
Di sisi lain, harga emas dunia juga tertekan, melemah ke level US$4.036 per troy ounce, atau sekitar Rp2,16 juta per gram. Melemahnya emas mencerminkan sikap hati-hati investor di tengah negosiasi yang belum pasti arah akhirnya.
“Ketika ketidakpastian mulai memiliki arah yang jelas, justru emas kehilangan momentum penguatannya. Saat ini pasar emas masuk fase konsolidasi,” pungkas Gunawan. (id09)













