MEDAN (Waspada.id): Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bertahan di zona hijau pada perdagangan awal pekan ini, meski pergerakannya relatif terbatas. IHSG ditransaksikan dalam rentang 8.100 hingga 8.140, seiring dengan mayoritas bursa saham Asia yang juga berakhir menguat.
Beberapa saham menjadi motor penguatan IHSG, antara lain BREN, BRPT, BBCA, BUMI hingga ANTM. Namun, laju kenaikan indeks masih tertahan oleh sejumlah saham berkapitalisasi besar seperti BBRI, BMRI, TLKM, HMSP, dan BBNI.
Di sisi lain, mata uang rupiah juga mencatat penguatan ke level Rp16.685 per dolar AS. Penguatan rupiah kali ini lebih banyak ditopang oleh langkah intervensi Bank Indonesia serta pelemahan indeks dolar AS yang turun ke kisaran 97,91.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, menilai intervensi Bank Indonesia cukup efektif menjaga stabilitas rupiah di tengah minimnya sentimen positif dari pasar global.
“Rupiah diuntungkan oleh pelemahan indeks dolar AS, meskipun inflasi inti di Amerika Serikat naik menjadi 2,9%. Hal ini sedikit mengikis ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter The Fed. Tetapi di sisi lain, langkah intervensi BI cukup berhasil menahan volatilitas rupiah,” jelasnya di Medan, Senin (29/9).
Sementara itu, harga emas dunia kembali mencetak rekor baru. Pada perdagangan sore ini, emas naik hingga ke level $3.840 per ons troy atau sekitar Rp2,07 juta per gram.
Menurut Gunawan, lonjakan harga emas dipicu oleh meningkatnya ketidakpastian global serta meningkatnya minat investor pada aset safe haven.
“Sentimen geopolitik dan spekulasi pemangkasan bunga lanjutan oleh The Fed membuat harga emas kian bullish. Selama ketidakpastian global masih tinggi, emas akan tetap diburu investor,” pungkasnya. (id09)