MEDAN (Waspada.id): Pasar modal Indonesia masih menunjukkan daya tarik di tengah ketidakpastian global. Hingga 2 September 2025, sebanyak 22 perusahaan baru resmi melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui mekanisme penawaran umum perdana saham (IPO), dengan total dana yang berhasil dihimpun menembus lebih dari Rp10 triliun.
Kepala Bursa Efek Indonesia Perwakilan Sumatera Utara (BEI Sumut), M Pintor Nasution, menjelaskan bahwa tren IPO tahun ini memperlihatkan fakta menarik. Sektor dengan jumlah perusahaan terbanyak ternyata bukan sektor dengan penghimpunan dana terbesar.
“Kalau kita lihat dari sisi nilai, sektor infrastruktur menempati posisi teratas. Meskipun hanya dua perusahaan yang tercatat, namun total dana yang dihimpun mencapai Rp2,63 triliun. Ini menunjukkan investor menaruh keyakinan kuat pada prospek sektor infrastruktur di Indonesia,” ungkap Pintor, Senin (8/9).
Kontribusi terbesar berasal dari PT Chandra Daya Investasi Tbk yang menghimpun Rp2,37 triliun sejak IPO pada 9 Juli 2025. Sementara itu, PT Hero Global Investment Tbk menambah Rp260 miliar.
Di posisi kedua, sektor consumer non-cyclicals mencatatkan dana sekitar Rp2,46 triliun. Sebagian besar berasal dari IPO PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk sebesar Rp2,04 triliun. Adapun PT Fore Kopi Indonesia Tbk dan PT Raja Roti Cemerlang Tbk turut menyumbang Rp353 miliar dan Rp61 miliar.
Sektor properties & real estate menyusul dengan total Rp2,45 triliun, didorong oleh IPO PT Bangun Kosambi Sukses Tbk (Rp2,3 triliun) dan PT Kentanix Supra International Tbk (Rp145 miliar).
“Jika kita akumulasi, tiga sektor ini saja—yakni infrastruktur, consumer non-cyclicals, dan properti—sudah menyumbang lebih dari Rp7,5 triliun atau sekitar 72,5% dari total penghimpunan dana IPO sepanjang tahun 2025,” ujar Pintor.
Namun, dari sisi jumlah perusahaan, sektor healthcare justru mencatatkan dominasi dengan empat emiten baru, yakni PT Medela Potentia Tbk (MDLA), PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), PT Cipta Sarana Medika Tbk (DKHH), dan PT Brigit Biofarmaka Teknologi Tbk (OBAT). Keempatnya berhasil menghimpun sekitar Rp900 miliar.
Menurut Pintor, kehadiran sektor kesehatan dalam jumlah signifikan menunjukkan industri ini tetap menjadi fokus strategis bagi investor pascapandemi. “Selain memberikan nilai ekonomis, sektor ini juga memiliki nilai keberlanjutan yang tinggi,” tambahnya.
Adapun sektor lain yang turut berkontribusi pada pencatatan saham baru di 2025 antara lain basic materials, consumer cyclicals, energi, keuangan, serta transportasi & logistik, meskipun dengan jumlah dana yang relatif lebih kecil.
Pintor menegaskan bahwa tren IPO tahun ini memperlihatkan kombinasi kekuatan dari sektor-sektor besar dan partisipasi luas lintas industri.
“Ini bukti bahwa pasar modal Indonesia tetap resilien dan menjadi sarana strategis bagi perusahaan untuk bertumbuh, sekaligus memberikan peluang investasi yang beragam bagi masyarakat,” pungkasnya. (id09)