MEDAN (Waspada.id): Di tengah situasi bencana alam, tekanan inflasi, dan ketidakpastian global, sektor jasa keuangan (SJK) di Sumatera Utara (Sumut) justru menunjukkan ketahanan dan performa positif.
Hal ini disampaikan Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumut, Khoirul Muttaqien, dalam paparan perkembangan industri keuangan kepada awak media, Kamis (4/12/2025).
Dalam kesempatan itu, Khoirul didampingi Direktur Pengawasan Perilaku PUJK, Edukasi, Pelindungan Konsumen, dan Layanan Manajemen Strategis OJK Sumut, Yusri, serta Direktur Manajemen Strategis, Edukasi dan Perlindungan Konsumen, dan Kemitraan Pemda OJK Sumut, Wan Nuzul Fachri.
Dalam paparannya Khoirul menyinggung kondisi Sumut yang tengah dilanda banjir besar. Namun ia menegaskan bahwa pemulihan aktivitas perekonomian harus terus berjalan.
“Meskipun ini suasana mendung, suasana sedih, tapi live must go on. Kita harus tetap jalan, tetap semangat,” ujarnya.
Meski pertumbuhan ekonomi Sumut pada Kuartal III 2025 tercatat 4,55%, di bawah capaian nasional, penyaluran kredit di Sumut justru tumbuh lebih agresif.
Total kredit per Oktober 2025 mencapai Rp333 triliun atau tumbuh 11,68% secara tahunan. Angka ini menyumbang 3,8% dari total kredit nasional.
“Kredit di Sumut tumbuh di atas nasional. Ekonomi boleh di bawah, tapi kreditnya di atas,” jelas Khoirul.
Kota Medan masih menjadi episentrum aktivitas perbankan dengan porsi 78% kredit dan 75% Dana Pihak Ketiga (DPK). Kredit korporasi mendominasi komposisi penyaluran, disusul sektor industri pengolahan.
Inflasi Masih Jadi ‘Pekerjaan Rumah’
Di sisi lain, Khoirul Muttaqien menyebutkan, Inflasi disebut sebagai tantangan utama yang harus diwaspadai. Inflasi Sumut pada Oktober 2025 berada di angka 4,97%, masih tinggi meski turun tipis dari bulan sebelumnya.
Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi kontributor inflasi terbesar, seiring tingginya konsumsi dan aktivitas kuliner di Medan.
Sementara itu, pada sektor pasar modal, Sumut mencatat pertumbuhan solid. Jumlah investor atau Single Investor Identification (SID) meningkat 23,16% secara tahunan menjadi 730.000 SID.
Instrumen yang paling banyak diminati adalah reksa dana, saham, dan Surat Berharga Negara (SBN).
“Kalau reksa dana lebih mendominasi, kita lebih tenang. Masyarakat sudah lebih paham karena reksa dana lebih terdiversifikasi,” kata Khoirul.
Khoirul juga menyampaikan, sepanjang tahun, OJK Sumut menerima 1.775 pengaduan konsumen. Mayoritas menyangkut perbankan dan layanan Fintech Peer-to-Peer Lending.
Pengaduan yang paling sering masuk antara lain masalah penagihan, klaim asuransi, permintaan pembukaan blokir, hingga restrukturisasi kredit.
Selain itu, OJK juga memperketat pengawasan terhadap praktik gadai ilegal yang semakin marak, serta terus memonitor perkembangan industri asuransi yang belakangan menjadi sorotan publik.
Pada kesempatan itu, Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Sumut, Khoirul Muttaqien menyerahkan secara simbolis bantuan untuk para jurnalis yang terdampak banjir di Kota Medan dan sekitarnya. (id09)












