AcehEkonomi

Transformasi Teknologi Dan Inovasi: Hilirisasi Bumbu Kering Aceh Dorong Ekonomi Lele Di Blang Nibong

Transformasi Teknologi Dan Inovasi: Hilirisasi Bumbu Kering Aceh Dorong Ekonomi Lele Di Blang Nibong
Bumbu kering hasil produksi dari Kelompok Bungong Seulanga dan Kelompok Rempah Aceh dari Gampong Blang Nibong, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.Waspada.id/Ist
Kecil Besar
14px

ACEH UTARA (Waspada.id): Masyarakat Gampong Blang Nibong, Kecamatan Samudera, Aceh Utara, kini mendapatkan angin segar dalam peningkatan ekonomi melalui program hilirisasi produk bumbu kering masak Aceh yang terintegrasi dengan pengembangan perikanan lele. Program ini digagas untuk memperkuat ketahanan pangan sekaligus membuka peluang ekonomi baru berbasis pengolahan rempah lokal.

Program yang diinisiasi melalui skema Transformasi Teknologi dan Inovasi (PTTI) tersebut melibatkan dua kelompok masyarakat produktif, yaitu Kelompok Bungong Seulanga dan Kelompok Rempah Aceh.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN
Budidaya ikan lele dari Gampong Blang Nibong, Kecamatan Samudera, Kabupaten Aceh Utara.Waspada.id/Ist

Keduanya selama ini bergerak dalam usaha pengolahan rempah, namun menghadapi berbagai kendala seperti pengeringan tradisional, kualitas produk yang tidak stabil, keterbatasan teknologi, serta pemasaran yang masih sangat terbatas.

Menurut hasil pendampingan tim, proses pengeringan rempah yang dilakukan masyarakat sebelumnya masih mengandalkan sinar matahari sehingga sangat bergantung cuaca, rentan kontaminasi, dan memerlukan waktu hingga tiga hari. Kondisi ini menyebabkan kualitas produk tidak konsisten dan kapasitas produksi sangat rendah.

“Rata-rata susut bahan baku mencapai 20–30 persen. Ini membuat pendapatan petani tidak optimal,” ungkap Suryani dari Kelompok Bungong Seulanga kepada Waspada.id, Rabu (19/11).

Sebagai solusi, kata Suryani, program ini menghadirkan teknologi Oven Drying Blower, sebuah alat pengering rempah yang mampu memangkas waktu pengeringan menjadi hanya 6–8 jam, serta menjaga aroma, warna, dan higienitas rempah. Teknologi ini dipadukan dengan pelatihan manajemen usaha, pelatihan pemasaran digital, dan pembentukan koperasi untuk memastikan keberlanjutan usaha.

Selain meningkatkan kualitas rempah, kata Suryani lagi, program hilirisasi ini juga mendukung pengembangan ekonomi berbasis perikanan lele, yang menjadi salah satu potensi unggulan desa.

Oven Drying Blower, alat pengering rempah yang mampu memangkas waktu pengeringan menjadi 6–8 jam, serta menjaga aroma, warna, dan higienitas rempah.Waspada.id/Ist

Kolaborasi antara pengolahan rempah dan budidaya lele membuka peluang diversifikasi usaha masyarakat, terutama dalam pengembangan produk bumbu masak Aceh sebagai pelengkap olahan ikan.

Ketua Kelompok Bungong Seulanga, Mariana, menyambut baik program ini karena membawa perubahan besar bagi pelaku UMKM gampong (desa). “Dulu kami hanya mengandalkan penjemuran biasa. Sekarang alat pengering modern ini membuat pekerjaan lebih cepat dan hasilnya lebih higienis. Nilai jual kami juga semakin meningkat,” ujarnya kepada Waspada.id, Rabu (19/11).

Kepada Waspada.id, Mariana juga menjelaskan, program ini juga memberikan pelatihan pemasaran digital, brand development, hingga strategi penjualan melalui media sosial dan marketplace. Dengan demikian, sebutnya, produk bumbu kering dari Blang Nibong diharapkan mampu menembus pasar regional bahkan nasional.

Melalui kegiatan ini, kapasitas produksi dua kelompok mitra diprediksi meningkat hingga dua kali lipat, sementara pendapatan masyarakat ditargetkan naik minimal 30 persen dalam satu tahun. Program ini selaras dengan tujuan SDGs, terutama Zero Hunger, Decent Work and Economic Growth, serta Industry, Innovation and Infrastructure.

Keuchik Gampong Blang Nibong menyampaikan apresiasinya. “Kami sangat terbantu. Program ini bukan hanya membawa teknologi, tetapi juga membangun kemandirian ekonomi warga. Ke depan kami berharap bisa menjadi desa sentra bumbu kering Aceh.”

Dengan sinergi antara teknologi, pelatihan, dan pemberdayaan masyarakat, Gampong Blang Nibong kini semakin dekat menjadi desa mandiri berbasis ekonomi kreatif dan olahan rempah lokal yang berdaya saing tinggi.

Tim Pendamping dari P3M Politeknik Negeri Lhokseumawe (PNL). Waspada.id/Ist

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi atas dukungan pendanaan melalui kontrak nomor 1852/M/2025, sehingga Program Transformasi Teknologi dan Inovasi ini dapat terlaksana dengan baik. Apresiasi juga diberikan kepada Pusat Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (P3M) Politeknik Negeri Lhokseumawe yang telah memfasilitasi seluruh rangkaian kegiatan hingga selesai.

Menjawab Waspada.id, Mariana menyebutkan kehadiran P3M PNL telah berhasil meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui penelitian dan pengabdian yang inovasi dan bermutu, serta berkontribusi pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di tengah masyarakat. (id70)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE