MEDAN (Waspada.id): Kinerja pasar keuangan domestik kembali tertekan pada perdagangan awal pekan ini. Penguatan indeks dolar Amerika Serikat (USD Index) di atas level 100 menjadi pemicu utama pelemahan nilai tukar Rupiah, koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), serta turunnya harga emas dunia.
Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan bahwa penguatan USD Index menjadi sinyal dominasi dolar AS terhadap mata uang global, termasuk Rupiah.
“USD Index saat ini berada di kisaran 100,16. Kenaikan ini terjadi karena ekspektasi pasar bahwa The Fed tidak akan menurunkan suku bunga acuannya hingga akhir tahun. Akibatnya, dolar AS menjadi lebih menarik dibandingkan aset lain seperti emas atau mata uang negara berkembang,” jelas Gunawan, Rabu (5/11).
IHSG pagi ini dibuka melemah di level 8.213, sejalan dengan pergerakan mayoritas bursa saham Asia yang juga berada di zona merah. Gunawan menyebutkan, tekanan terhadap pasar saham Indonesia turut dipengaruhi oleh minimnya sentimen positif, serta komentar pesimistis dari CEO Goldman Sachs dan Morgan Stanley mengenai potensi koreksi pasar global.
“Pelemahan IHSG tidak hanya disebabkan faktor eksternal, tapi juga karena pasar masih menanti data penting dari dalam negeri seperti pertumbuhan ekonomi (PDB) dan penjualan ritel. Kedua data ini bisa menjadi katalis baru jika hasilnya lebih baik dari ekspektasi,” tambahnya.
Sementara itu, Rupiah diperdagangkan melemah di kisaran Rp16.730 per dolar AS, dan berpotensi bergerak dalam rentang Rp16.670 hingga Rp16.750 sepanjang hari. Gunawan menilai, langkah Bank Indonesia (BI) akan menjadi faktor kunci dalam menjaga stabilitas nilai tukar di tengah tekanan global.
“Tekanan terhadap Rupiah cukup signifikan dalam beberapa pekan terakhir. Intervensi BI dan stabilitas cadangan devisa akan menjadi penentu apakah Rupiah bisa bertahan di bawah 16.700 atau tidak,” ujarnya.
Di sisi lain, harga emas dunia juga melemah ke posisi US$3.942 per ons troy, setara sekitar Rp2,2 juta per gram. Gunawan menyebut, penguatan dolar membuat logam mulia menjadi kurang menarik bagi investor.
“Ketika dolar menguat, investor cenderung keluar dari aset lindung nilai seperti emas. Itulah sebabnya harga emas ikut terkoreksi bersamaan dengan penguatan USD Index,” pungkasnya. (id09)













