Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Yakopi Lakukan Restorasi Mangrove Hingga Berdayakan Ekonomi Warga

Yakopi Lakukan Restorasi Mangrove Hingga Berdayakan Ekonomi Warga
Direktur Yakopi, Eling Tuhono bersama Bupati Batubara melakukan penanaman mangrove pada acara Mangrove Culture Festival I 2025 yang berlangsung di Pantai Sejarah, Kabupaten Batubara.
Kecil Besar
14px

LANGKAT (Waspada): Dalam rangka memperingati Hari Mangrove Sedunia yang jatuh pada 26 Juli, Yayasan Konservasi Pesisir Indonesia (Yakopi) terus berkomitmen menggandeng masyarakat di berbagai daerah, termasuk Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, dalam program perlindungan dan restorasi mangrove.

Bahkan, Yakopi sebagai Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang fokus pada konservasi kawasan pesisir dan pemberdayaan masyarakat, turut memperingati Hari Mangrove Sedunia 2025 dengan menggelar serangkaian kegiatan.

Direktur Yakopi, Eling Tuhono mengungkapkan, rangkaian kegiatan dimulai dengan mengadakan lomba kreatif dengan tema “Net Zero Emissions, Green Commitment” pada tanggal 13-26 Juli 2025 di empat provinsi yakni Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau.

Secara lebih spesifik, Rifqi Ulfa selaku Reporting and Communication Manager menjelaskan bahwa lomba kreatif ini mencakup lomba menggambar, mewarnai, membuat karya tulis, desain grafis, dan fotografi, dimana pesertanya mencapai ratusan orang dari berbagai jenjang pendidikan.

Lebih lanjut, menyambut Hari Mangrove Sedunia 2025, Yakopi berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Batubara mengadakan Mangrove Culture Festival I 2025 yang berlangsung di Pantai Sejarah, Kabupaten Batubara. Dalam kegiatan tersebut juga dilakukan Penandatanganan Kerjasama antara Yakopi dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Batubara.

“Puncak acara perayaan hari mangrove sedunia 2025, diselenggarakan pada tanggal 19–20 Juli 2025 di Pantai Sejarah, Sumatera Utara. Festival ini merupakan festival mangrove perdana baik untuk YAKOPI maupun Pemerintahan Kabupaten Batubara. Kegiatan utama Mangrove Culture Festival meliputi penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara YAKOPI dan Pemkab Batubara, penanaman mangrove, pentas seni budaya, dan pameran UMKM lokal yang mengangkat potensi ekonomi masyarakat pesisir,” jelas Eling.

Dalam acara tersebut aneka produk unggulan YAKOPI seperti kerupuk ikan tongkol, basreng udang, kopi gula nypa, dan VCO dipamerkan sebagai hasil pemberdayaan ekonomi berbasis konservasi.

Meriahnya acara ini mendapat antusiasme yang tinggi dari masyarakat. Tercatat lebih dari 10.000 peserta yang datang dari berbagai kalangan hadir dan menyemarakkan festival itu. Seluruh perayaan ini menjadi momentum yang menggugah kesadaran kolektif masyarakat akan pentingnya menjaga hutan mangrove sebagai benteng alami dari perubahan iklim dan sumber penghidupan bagi masyarakat pesisir.

Untuk lebih mengenalkan pentingnya keberadaan hutan mangrove bagi masyarakat pesisir dan program yang telah dilaksanakan, Yakopi juga melakukan kunjungan langsung ke lokasi penanaman di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.

Muhammad Habib selaku Program Manager wilayah Aceh-Sumatera Utara mengatakan, langkah restorasi dilakukan dengan menanam pohon bakau pada area seluas 23 hektare di beberapa lokasi terpisah di Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat.

“Penanaman bakau di kawasan mangrove ini sangat penting karena lebih dari 90 persen mata pencaharian penduduk bersumber dari tambak udang. Ekosistem mangrove sangat dibutuhkan karena dapat meningkatkan kualitas air untuk mengairi tambak udang,” jelasnya.

Restorasi ini dilakukan terhadap lahan-lahan kritis di muara Sungai Bluru yang melintasi Desa Pasar Rawa. Muara Sungai Bluru sendiri dikenal sebagai lokasi tempat berkembangnya ekosistem mangrove.

Habib mengatakan, selama tiga tahun terakhir, Yakopi bersama masyarakat Desa Pasar Rawa, Kecamatan Gebang, Kabupaten Langkat, yang tergabung dalam Kelompok Tani Hijau (KTH) Maju Bersama melakukan penanaman pohon bakau di area seluas 23 hektare. Adapun pohon bakau yang ditanam adalah jenis jenis Rhizophora stylosa.

“Penanaman pohon bakau ini ternyata mendorong hadirnya tanaman lain yakni Avicennia spp atau yang dikenal pohon api-api dan Sonneratia (Pedada). Kehadiran ketiga tanaman ini mendukung keberadaan ekosistem hutan mangrove dikawasan tersebut,” ujar Habib.

Eling Tuhono juga menyampaikan, dalam jangka panjang Yakopi menargetkan dapat melakukan restorasi dan konservasi terhadap lahan mangrove di provinsi Sumatera Utara, Aceh, Riau dan Kepulauan Riau sebagai upaya untuk mendukung kesejahteraan masyarakat.

“Program ini fokus pada dua hal utama yakni perlindungan terhadap kawasan mangrove yang masih utuh, dan pemulihan area yang telah rusak atau terdegradasi, dengan melibatkan masyarakat sebagai pengelola langsung,” jelasnya.

Ekosistem mangrove sendiri berperan penting sebagai habitat ikan dan kepiting, khususnya untuk bertelur. Di samping itu, hutan mangrove juga menjadi lokasi tinggal bagi aneka burung.

Sementara itu, Kasto Wahyudi selaku Ketua KTH Maju Bersama mengatakan, penanaman mangrove sudah menjadi kegiatan rutin kelompok sejak beberapa tahun terakhir, baik secara swadaya maupun bekerja sama dengan Yakopi. Selain menanam, mereka juga menjaga kawasan agar tidak dirambah atau dikonversi menjadi tambak ilegal.

Selain menjaga lingkungan, kegiatan ini juga membuka peluang ekonomi seperti budidaya kepiting bakau, udang, hingga ekowisata berbasis alam. Kelompok berharap, ke depan, dukungan dari pemerintah dan lembaga pendamping semakin kuat agar upaya pelestarian ini berkelanjutan.

“Kami tidak ingin sekadar menanam, tapi juga menghidupi desa dari mangrove,” tegas Wahyudi. (m31)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE