Objek wisata sakral Batu Hobon yang terletak di Kenegerian Limbong Desa Sarimarrihit, Kec. Sianjur Mula-mula, Kab. Samosir memiliki kisah yang begitu menarik.
Hobon dalam bahasa Batak mempunyai arti sebagai “Peti” yang berfungsi sebagai tempat menyimpan harta pusaka. Batu ini tergolong batu besar dengan diameter lebih kurang satu meter dengan bagian bawah berupa rongga berbentuk gua.
Para petuah Batak mengkisahkan, bahwa Batu Hobon terjadi dalam sebuah kisah yang ajaib oleh Tuan Saribu Raja. Tuan Saribu Raja merupakan anak kedua dari Guru Tatea Bulan setelah Raja Biak-Biak (Raja Uti) dan adiknya Limbong Mulana, Sagala Raja dan Silau Raja.
Sebelum meninggal kawasan Sianjur Mula-mula, Tuan Saribu Raja menyimpan seluruh harta bendanya (pusaka) ke dalam sebuah lubang, kemudian Tuan Saribu Raja berdoa sambil menjatuhkan batu besar untuk menutup lubang untuk penyimpanan harta pusaka dan terjadilah Batu Hobon yang terdiri dari 7 lapis.
Adapun harta pusaka yang ada di dalam Batu Hobon berupa:
- Ogung dan Gondang Saparangguan (seperangkat Gendang Batak dan Ogung Emas).
- Jujur Somba Baho (Tumbak Bertuah)
- Piso Solam Debata (Pedang Bertuah)
- Pagar Pompang Bala Saribu Tontang Bala Seratus (Ramuan penangkal penyakit)
- Tintin Sipajadi – jadi sipabosur naung male obat ni nimauas (Cincin ajaib yang lapar jadi kenyang, dan yang haus jadi lega).
- Pungga Haomasan (Batu gosok emas)
- Galapang atau Gembok.
- Tawar Sipagabang-gabang, Sipagubung-gubung, sipangolu namate, siparata naung busuk (obat yang mampu menghidupkan yang sudah mati, serta menyegarkan kembali yang telah busuk).
Cukup membayar karcis masuk Rp10.000 per orang, kamu sudah bisa memasuki lokasi ini. Sudah dipastikan Batu Hobon merupakan destinasi wisata yang sakral. Tidak asal wisatawan, harus berperilaku sopan ketika mengunjungi Batu Hobon ini. Bahkan untuk mengucap kata kotor saja sangat dilarang dan diwajibkan untuk membuka alas kaki. Budaya yang kental dengan aura mistis akan dirasakan saat kamu ke sana.
Sarana menuju ke Batu Hobon tidak begitu sulit. Sebab objek wisata tersebut berada di lingkar Gunung Pusuk Buhit. Jika melalui jalur darat (via Tele) kemudian memasuki Simpang Limbong. Begitu juga melalui jalur air (Kapal Feri), kemudian melewati Jembatan Tano Ponggol dan tidak jauh lagi dari kawasan Aek Rangat. Valencius Sitorus/Waspada.id













