SELAMA bertahun-tahun, banyak orang beranggapan bahwa stroke adalah penyakit yang hanya menyerang lansia. Namun, anggapan tersebut kini terbukti keliru. Tren kesehatan global menunjukkan peningkatan kasus stroke pada remaja dan dewasa muda, bahkan pada kelompok usia di bawah 40 tahun.
Fenomena ini menjadi alarm serius yang harus diperhatikan, karena stroke dapat menyebabkan kecacatan permanen bahkan kematian apabila tidak dikenali dan ditangani segera.
Laporan terbaru World Stroke Organization (2025) menyebutkan bahwa terdapat lebih dari 11,9 juta kasus stroke baru setiap tahun di seluruh dunia. Diperkirakan 1 dari 7 kasus stroke terjadi pada kelompok usia 15–49 tahun, menandakan bahwa stroke tidak lagi berkaitan dengan usia lanjut saja, tetapi mulai mengincar generasi muda yang berada pada usia produktif.
Di Indonesia, Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi stroke sebesar 8,3 per 1.000 penduduk berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan. Meski angka nasional masih didominasi kelompok usia di atas 45 tahun, tren peningkatan kasus pada usia muda menunjukkan pola yang mengkhawatirkan:
Usia 15–24 tahun: 0,1 per mil
Usia 25–34 tahun: 0,5 per mil
Usia 35–44 tahun: 2 per mil
Data ini menunjukkan bahwa risiko stroke meningkat tajam menjelang usia 40 tahun, sehingga perlu menjadi perhatian khusus bagi pekerja, mahasiswa, dan anak muda yang sering menyepelekan keluhan kesehatan.
Kenali Gejala Stroke dengan Metode F.A.S.T
Keterlambatan datang ke rumah sakit menjadi salah satu penyebab tingginya angka kecacatan akibat stroke. Padahal terdapat periode emas sekitar 4,5 jam sejak gejala pertama muncul untuk mencegah kerusakan otak yang berat.
Gunakan panduan F.A.S.T sebagai deteksi dini:
F – Face (Wajah): Senyum tampak miring atau wajah mencong
A – Arm (Lengan): Lengan tiba-tiba lemah atau sulit diangkat
S – Speech (Bicara): Bicara pelo, sulit bicara, atau sulit memahami percakapan
T – Time (Waktu): Segera bawa ke rumah sakit—setiap menit sangat berharga
Jika salah satu tanda muncul, jangan menunggu gejala membaik sendiri. Penundaan dapat menentukan apakah seseorang dapat pulih atau mengalami kecacatan permanen.
Faktor Risiko Stroke pada Usia Muda
Peningkatan stroke pada usia produktif sangat berkaitan dengan pola hidup modern, seperti:
Hipertensi yang tidak terdeteksi
Kolesterol tinggi dan diabetes
Kurang aktivitas fisik
Pola makan tinggi garam, gula, dan lemak
Merokok dan konsumsi alkohol
Stres kronis dan kurang tidur
Kegemukan dan obesitas
Banyak anak muda merasa sehat dan jarang memeriksakan diri. Padahal banyak faktor risiko bersifat silent killer dan sering tidak menunjukkan gejala apa pun.
Pencegahan Adalah Kunci
Berbagai studi kesehatan menyimpulkan bahwa sekitar 80% kasus stroke dapat dicegah melalui perubahan gaya hidup. Langkah sederhana yang dapat dilakukan meliputi:
Mengontrol tekanan darah dan gula darah secara berkala
Mengonsumsi makanan sehat dan membatasi makanan olahan
Berolahraga minimal 30 menit per hari
Menghindari rokok, vape, dan alkohol
Mengelola stres dan memastikan istirahat yang cukup
Rutin memeriksakan kesehatan
Pesan Penutup
Ketika stroke menyerang, waktu bukan hanya soal menit—tetapi tentang masa depan. Generasi muda harus memahami bahwa tidak ada yang “terlalu muda” untuk terkena stroke. Edukasi kesehatan, pencegahan dini, dan respon cepat dapat menyelamatkan hidup serta melindungi keluarga dari beban fisik, emosional, dan finansial.
Jangan tunggu sampai terlambat. Kenali tanda-tanda stroke, jaga kesehatan mulai hari ini, dan sebarkan edukasi kepada orang-orang terdekat Anda. (Oleh: Dr. Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS & Yuliani Krisna Lubis, S.Kep., Ns (Program Studi Magister Ilmu Keperawatan F.Kep. USU)












