Di bawah langit yang masih muram, wilayah Pidie dan Pidie Jaya masih menyimpan luka akibat banjir dan longsor. Bencana tidak hanya menyapu rumah, ladang, dan kebun warga, tetapi juga mengguncang ketenangan batin mereka.
Dalam kondisi seperti ini, iman sering diuji, sejauh mana manusia mampu bertahan, dan sejauh mana sesama mau saling menguatkan. Minggu (21/12), harapan itu hadir melalui langkah-langkah sederhana Forum Non ASN Pidie.
Dengan mengusung program “1000 Porsi Peduli Bencana”, para honorer lintas instansi ini turun langsung ke titik-titik pengungsian. Mereka membawa makanan siap saji, namun lebih dari itu, mereka membawa kehadiran sesuatu yang sering kali lebih dibutuhkan daripada sekadar bantuan materi.
Aksi ini lahir dari empati dan panggilan nurani. Syafrina, Amd.Keb, Bendahara Forum Non ASN Pidie, bersama pengurus dan relawan, mengoordinasikan bantuan secara swadaya. Setiap rupiah yang terkumpul, setiap porsi yang dibagikan, diniatkan sebagai sedekah di tengah musibah.
Alah SWT berfirman: “Dan apa saja harta yang kamu infakkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 273). Ayat itu terasa hidup di tengah pengungsian ketika tangan-tangan sederhana mengulurkan bantuan tanpa sorotan, tanpa pamrih.

“Bencana memang memutus banyak hal pekerjaan, penghasilan, bahkan rasa aman. Namun iman mengajarkan, di saat seperti inilah kita diuji untuk saling menguatkan. Bantuan kami sederhana, tapi kami ingin para korban tahu bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya.”ujar Tgk. Ismail, S.Sos, pembina Forum Non ASN Pidie.
Saat pembagian makanan berlangsung, kumandang azan Ashar menggema dari surau terdekat. Aktivitas sejenak terhenti. Langkah-langkah melambat. Wajah-wajah lelah menengadah. Panggilan salat itu seolah mengingatkan bahwa di tengah hiruk-pikuk bantuan dan duka, ada ruang untuk berserah.
Bagi anak-anak, kantong makanan yang digenggam menjadi pengusir lapar. Bagi orang tua, azan Ashar yang menggema menjadi penguat jiwa, bahwa selepas kesulitan, selalu ada pertolongan Allah.
“Bukan besar kecilnya bantuan yang membuat kami terharu. Yang menguatkan kami adalah perhatian. Di saat kami hampir putus asa, ada yang datang menguatkan.”tutur seorang warga dengan mata berkaca.
Allah SWT menegaskan janji-Nya. “Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.” (QS. Al-Insyirah: 6).

Doa-doa pun mengalir dari tenda-tenda pengungsian, doa untuk para relawan, para donatur, dan untuk hari esok yang lebih baik. “Kami tidak mampu membalas kebaikan ini. Hanya doa yang bisa kami kirimkan. Semoga Allah membalas dengan keberkahan.”ucap seorang ibu lilirih.
Bagi Rasyidin, A.Md, Ketua Umum Forum Non ASN Pidie, gerakan 1000 Porsi Peduli Bencana adalah bagian dari ibadah sosial. “Setiap rupiah dan setiap porsi adalah amanah. Kami berharap bantuan ini tidak hanya mengenyangkan perut, tetapi juga menguatkan iman dan harapan,” ujarnya.
Di tanah yang sedang diuji, seribu porsi menjelma seribu doa. Doa yang mengalir dari tangan-tangan yang memberi dan dari hati-hati yang menerima. Dan ketika azan Ashar mengudara di antara tenda-tenda pengungsian, seakan ada pesan yang ditegaskan kembali, bahwa musibah boleh datang, tetapi kepedulian dan iman tidak boleh surut. Sebab di situlah makna kemanusiaan menemukan wajahnya hadir, berbagi, dan berserah kepada Allah SWT.
Muhammad Riza










