Tidak bisa dipungkiri, kebutuhan hidup terus melonjak, tidak menyerah dengan keadaan, Pasutri lansia membuktikan bahwasanya setiap usaha tidak akan menghianati hasil, meskipun banyak cobaan dan linangan air mata, pasangan ini bisa naik haji.
Dengan hanya bekerja sebagai tukang jamu tradisional keliling, Sainan,88, dan istrinya Hapsah,73, warga Jln Tawes, Link I, Kel Sidomukti, Kec Kota Kisaran Barat, Kab Asahan, tidak berpangku tangan, dengan giat menabung, dan menyisihkan sedikit uang untuk ditabung, akhirnya pasangan ini berangkat haji 2025 yang tergabung di Kloter 15 dengan total jamaah sebanyak 337 orang, dan akan berangkat ke Asrama haji pada 19 Mei ini.
“Semula hasil tabungan hanya bisa mendaftar satu orang, dan hasil musyawarah biarlah istri saya yang mendaftar dulu pada 2017,” jelas Sainan.
Namun Pasutri tukang jamu ini tetap yakin dan terus berusaha untuk menabung, agar Sainan bisa ikut menjalankan ibadah haji, atas izin Allah SWT dengan hasil tabungan, Sainan akhirnya pada 2019 bisa mendaftar.
“Kami hanya bisa berusaha, masalah hasilnya kami serahkan kepada Allah SWT. Alhamdulillah doa kami terkabul, saya bisa mendaftar,” jelas Sainan.
Sainan tidak hentinya mengucapkan syukur, karena usia sudah menginjak di atas 80 tahun, akhirnya dirinya mendapatkan prioritas sehingga bisa berangkat pada 2025. Tidak sampai di situ, dirinya juga bisa menarik istrinya sebagai pendampingnya menjalankan ibadah haji.
“Allah itu maha pengasih dan penyayang dengan ummatnya. Kami bisa berangkat haji bersamaan, meskipun kami beda mendaftar,” jelas Sainan.
Ditanya sejak kapan menabung, Sianan mengatakan, bahwa menabung sudah lama dilakukannya, namun fokus untuk ibadah haji, menunggu delapan anaknya sudah selesai pendidikan dan bekerja.
“Tunggu anak-anak selesai pendidikan dan bekerja, baru fokus 100 persen menabung untuk berangkat ibadah haji,” kata Sainan.
Sainan juga mengatakan bahwa diri berjualan jamu di Simpang Sibogat Kisaran, sedangkan istrinya jual jamu keliling pakai sepeda setiap hari, sehingga penghasilannya digunakan untuk kebutuhan hidup, sedangkan penghasilan istrinya ditabung 100 persen untuk tabungan haji.
“Sekarang kami tinggal berdua saja, anak-anak sudah bekerja dan punya rumah masing-masing,” jelas Sainan yang sudah punya 18 cucu.

Pernah Ditipu Umrah
Sedangkan istrinya Sainan, Hapsah, mengatakan bahwa kalau niat haji, jangan tergoda dengan yang lain, karena dirinya bersama suami pernah mengalami pengalaman tidak mengenakkan, karena pada 2013 lalu sudah niat untuk mendaftar haji, namun karena tergoda dengan umrah dengan harga murah sekitar Rp13,5 juta per orang bisa berangkat umrah, dan dirinya mendaftar bersama suaminya. Namun mereka tidak sadar mereka ditipu.
“Cover dan seragam sudah kami terima dan tinggal berangkat, namun tidak kunjung berangkat, dan akhirnya kami sadar kami ditipu. Kalau sudah niat haji, sudah haji saja, jangan tergoda dengan yang lain,” jelas Hapsah.
Hapsah juga pernah diajak teman-temanya untuk menarik dana haji, pada saat Pandemi Covid 19 lalu, dan memilih umroh. Namun dirinya tidak tergoda, dan menyerahkan semuanya kepada Allah SWT.
“Banyak kawan-kawan menarik dana haji akibat Covid 19, namun saya dan suami tidak mau, kami tetap ingin haji,” jelas Hapsah.
Untuk berangkat haji, Hapsah dan suaminya mendapatkan dukungan penuh oleh anak-anaknya, dan atas doa mereka, Pasutri ini bisa berangkat haji. Untuk menjaga kesehatan, Sianan kini tidak lagi berjualan jamu, dan usaha itu diteruskan oleh cucunya.
“Bapak (suami-red) tidak lagi berjualan, dan yang berjualan saya aja keliling pakai sepeda,” jelas Hapsah.
Hapsah juga semula tidak menyangka dirinya bisa ditarik suaminya bisa pergi haji bersama, tapi itu semua kembali ke niat, mengingat usia yang sudah mulai senja, dan tentunya pergi haji menjadi impian setiap orang apalagi pada usia lanjut.
“Alhamdulillah, Allah mengizinkan kami berangkat ibadah, dan ini karunia Allah yang tidak terhingga,” jelas Hapsah.
Sapriadi












