BERANGKAT ke Tanah Suci bersama Kelompok terbang (Kloter) 23 Jamaah calon haji (Calhaj) atas nama Siti Amsong Tanjung, 71, merasa bahagia.
Namun ia menyimpan rasa duka karena suaminya wafat sebelum berangkat ke Tanah Suci. Padahal saat mendaftarkan diri tahun 2013 silam, ia dan suaminya sudah berharap melaksanakan ibadah haji berdua. Menapaki jejak sejarah Nabi di Tanah Suci, menyiapkan oleh-oleh untuk anak dan cucu, dimana cucunya kini sudah 21 orang.
“Sirna semua impian Amak bisa pergi dengan Bapak,” katanya pilu.
Meski begitu, Siti Amsong tidak mau larut dalam kesedihan usai suaminya wafat. Iapun membadal haji-kan suaminya pada seorang ustad yang berangkat ke Tanah Suci.
“Agar hati lega dan Bapak tenang di alam sana, saya sudah badal haji-kan. Semoga Allah menerima dan semoga jerih payahnya menabung untuk bisa berhaji bersama Amak terbayarkan,” tuturnya.
Lalu, perempuan yang mengaku sebagai petani karet dan sawit ini menambahkan, di Tanah Suci, akan berdoa secara khusus untuk alm suaminya. Doa khusus untuk anak menantu dan cucu, agar mereka memiliki rezeki untuk bisa berhaji.
“Semoga anak dan cucu punya rezeki untuk melaksanakan ibadah haji,” ujarnya.
Ia mengaku telah menabung bertahun-tahun agar bisa membayar uang mendaftar haji bersama suami. Setiap hasil karet dan sawit saya sisihkan untuk haji dan kebutuhan rumah tangga. Uang tabungan khusus berhaji tidak diganggu dan tetap dijaga agar tidak berkurang.
“Allah maha pemurah, hasil karet dan sawit terus meningkat. Itulah yang membuat saya dan suami yakin bisa melaksanakan ibadah haji pada tahun yang dijanjikan,” ungkapnya.
Hal lain yang membuatnya bahagia, cucunya terus memberi perhatian dan menunjukkan rasa khawatir atas kesehatannya.
“Insyaallah saya kuat dan sehat. Semoga Allah memberi kemudahan melaksanakan semua proses ibadah haji dan mempermudah jalan rezeki pada anak dm cucu saya berhaji,” pungkasnya kemarin.(m22)