P.SIDIMPUAN (Waspada.id) : Dampak terputusnya sejumlah ruas jalan nasional di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) telah memicu terjadinya krisis Bahan Bakar Minyak (BBM) karena suplai pasokan BBM ke seluruh Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di daerah ini terhambat sejak 26 November 2025.
Informasi dihimpun Waspada.id, Kamis (27/11/2025), SPBU di Kota Padangsidimpuan dan Tapanuli Selatan mulai mengalami krisis BBM, baik jenis Pertalite, Pertamax, Bio Solar dan Dexlite, sejak Rabu (26/11/205). Kemudian satu SPBU terpaksa tutup karena suplai pasokan dari Pertamina tidak masuk.
Penyebab utama suplai pasokan BBM dari Pertamina Sibolga ke Kota Padangsidimpuan, Tapanuli Selatan, termasuk ke Mandailing Natal akibat Jalan Padangsidimpuan-Sibolga, Sipirok -Tarutung dan Sibolga Tarutung terputus akibat banjir dan tanah longsor yang menimpa daerah ini akibat cuaca ekstrem.
Salah satu SPBU yang mengalami kekosongan adalah SPBU 14.227.351 Jalan Serma Liong, Kota Padangsidimpuan, yang mengalami krisis BBM khususnya Pertalite dan Pertamax. Begitu juga SPBU Padang Matinggi, SPBU Manunggang Julu dan SPBU Sadabuan.
Akibat suplai BBM dari Pertamina Sibolga tidak bisa masuk karena jalan putus, penjual BBM eceran yang mudah ditemui di setiap ruas jalan di Kota Padangsidimpuan, terlihat tidak beraktivitas lagi, seperti di sepanjang Jalan HT Rizal Nurdin, Jalan Merdeka dan Jalan Imam Bonjol.
Pengawas SPBU 14.227.351 Jalan Serma Liong, Ridwan, mengatakan pasokan BBM terakhir masuk pada 26 November 2025 dan sejak itu seluruh stok habis akibat jalur dari Sibolga yang terputus.

Ridwan menjelaskan kebutuhan normal untuk SPBU 14.227.351 setiap harinya, yaitu BBM jenis Pertalite sebanyak 24 ton per hari, Pertamax 8 ton setiap 3 hari, Bio Solar, 8 ton per hari dan BBM jenis Dexlite sebanyak 8 ton per bulan, namun, seluruh kebutuhan itu tidak dapat dipenuhi karena suplai dari Sibolga tidak dapat bergerak akibat badan jalan yang terputus.
“Stok kami benar-benar kosong sejak 26 November. Biasanya pasokan datang dari Pertamina Sibolga, tapi karena akses tertutup longsor, semua tertahan. Kami dapat informasi, suplai dialihkan dan didatangkan dari Dumai, tapi perjalanan memakan waktu 12 jam sampai ke Padangsidimpuan, ” ujar Ridwan.
Ia berharap penanganan longsor dan pasokan BBM dapat segera dipulihkan, mengingat krisis BBM ini sangat berpengaruh terhadap perekonomian masyarakat.“ Kami hanya menunggu arahan Pertamina agar suplai BBM bisa tiba secepatnya, karena masyarakat dan pengendara sudah sangat kesulitan mendapatkan BBM, ” tambahnya
Hal yang sama juga diungkapkan petugas Padangmatinggi, Padangsidimpuan bahwa suplai SPBU dari Pertama tidak masuk sejak Rabu (26/11/2025).
Akibat dari krisis BBM ini, menimbulkan lonjakan harga BBM jenis Pertalite di tingkat pengecer yang menjual BBM Pertalite dengan cara ketengan lebih dari Rp12 ribu per liter. Bahkan ada yang jual hingga Rp25 ribu per liter.
“Sulit cari minyak kenderaan bang. Terpaksa beli dengan cara ketengan di pinggir jalan seharga Rp25 ribu perliter dari harga biasanya Rp12 ribu per liter. Itupun syukur masih ada, bisa untuk berusaha beberapa hari ini, ” ujar warga Aek Tampang, Giskar Gultom.
Ia berharap pemerintah segera melakukan penanganan jalur lintas jalan nasional agar pasokan logistik baik barang, ikan, sayur mayur dan BBM bisa lancar kembali.(id46)












