Scroll Untuk Membaca

Headlines

Seorang Bayi Di Medan Diduga Jadi Korban Malpraktek

Seorang Bayi Di Medan Diduga Jadi Korban Malpraktek
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Seorang bayi yang baru lahir di RS Mitra Medika Amplas diduga menjadi korban malpraktek. Di mana, akibat pemeriksaan hipoteroid yang dilakukan untuk program skrining stunting menyebabkan kaki anak yang lahir pada 8 Maret 2023 itu melepuh.

“Awalnya saya oleh perawat ditawari program pemerintah skrining atau hipoteroid untuk cek stunting dan keterbelakangan mental anak. Itu pada Rabu 8 Maret, sekitar waktu magrib ke isya, dan ke saya diajukan form persetujuan atau menolak,” ujar sang ayah Ibnu Sajaya Hutabarat (25), kemarin.

Tawaran perawat itu pun tidak langsung diterima oleh Ibnu. Warga Jalan Pelajar, Medan ini minta waktu terlebih dahulu untuk membicarakannya dengan keluarganya.

Keesokan harinya, Kamis (9/3), sekitar pukul 15.30 WIB, Ibnu kembali dipanggil perawat terkait program stunting yang ditawarkan tersebut. Namun karena dikatakan tidak beresiko, akhirnya Ibnu menerima tawaran program stunting tersebut.

“Setelah katanya tidak ada resiko apa apa, dan SOP serta mekanismenya hanya pengambilan sampel darah, seperti cek gula darah dan cek golongan darah, hanya menyucuk jarum ke tumit bayi ku untuk ambil sedikit darahnya, saya tanda tangan form persetujuan itu,” jelasnya.

Dia menyebutkan, pengambilan sampel darah dari tumit anaknya pun dilakukan pada Jumat (10/3) sore hari.

“Katanya program ini bisa dilakukan setelah 2×24 jam, atau setelah dua hari kelahiran paling cepat, dan paling lama lima hari setelah lahir. Tapi sekira waktu magrib, saya lihat kaki anak saya sudah dibalut kain kasa,” jelasnya.

Melihat itu, muncul rasa khawatir bercampur cemas di benak Ibnu. Setelah dicek, ternyata program yang ditawarkan pihak rumah sakit telah membuat telapak kaki bayinya cedera akibat melepuh.

“Di situ saya panik sekali, pas melihat telapak kaki anak saya berubah berwarna merah darah. Saya tanya sama perawat tetapi jawaban mereka satupun tak memuaskan. Anak ku terlihat gelisah gitu, seperti kesakitan. Jujur saya panik, baru beberapa hari lahir, awalnya cantik kok bisa begini. Sampai besoknya pun saya tak puas dengan jawaban pihak rumah sakit,” jelasnya.

Selanjutnya, setelah berdiskusi dengan keluarga, lanjut Ibnu, akhirnya diputuskan untuk membuat laporan ke polisi. Didampingi pengacaranya, Siti Junaida Hasibuan SH, MKn, laporan Ibnu diterima Polda Sumut dengan bukti laporan nomor: STTLP/B/319/III/2023/SPKT/Polda Sumut, tertanggal 14 Maret 2023.

Sementara itu, selaku kuasa hukum, Siti Junaida Hasibuan SH, MKn mengatakan, kasus yang menimpa bayi kliennya ini harus menjadi perhatian semua pihak, khususnya pemerintah. Karena, kata dia, program stunting yang ditawarkan pihak rumah sakit umum Mitra Medika Medan telah mengakibatkan bayi kliennya menderita.

“Saya minta Polda Sumut kerja cepat menindaklanjuti laporan klien saya, agar pemerintah pusat dan daerah segera mengetahui adanya kasus dugaan malpraktek akibat program stunting pemerintah ini,” ucapnya.

Terpisah, Direktur RS Mitra Medika Amplas Syahrial Anas menjelaskan, jika program pemeriksaan tiroid yang dianjurkan pemerintah tersebut selama ini memang sudah kerap mereka lakukan kepada setiap bayi lahir.

Pemeriksaannya berupa mengambil sampel darah untuk dikirim ke Kemenkes, sebab faktor tiroid bisa menggangu mental, pertumbuhan dan stunting.

“Jadi cara melakukannya, kaki anak itu dikompres dengan air panas supaya terjadi pengembangan pembuluh darah, sehingga darahnya bisa banyak keluar dan tertampung sesuai yang ditentukan,” katanya kepada wartawan, Kamis (16/3).

Namun, lanjut Syahrial, ketika sudah dilakukan, ternyata keesokan harinya kaki bayi tersebut menjadi melepuh. Terkait hal ini, dia mengaku sudah melakukan investigasi terhadap yang melakukannya, karena bisa saja, saat pemeriksaan suhu airnya terlampau panas.

“Jadi kami akui terjadi di RS (Mitra Medika) dan kami akan bertanggung jawab penuh, anak ini akan kami rawat sampai kakinya sembuh, akan kami libatkan juga dokter-dokter ahli. Ini juga sudah kami sampaikan kepada orang tua bayi,” ucapnya.

Selain itu, sambungnya, sebagai Direktur, dia juga akan membuat surat pernyataan kalau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yang berhubungan dengan kaki bayi itu, sebagai bentuk tanggung jawabnya. Sebab, kata dia, sejatinya, rumah sakit tidak akan mau mencelakai pasiennya.

“RS siap bertanggung jawab. Karena mana lah kami mau buat anaknya menderita. Saat ini bayi itu dirawat dengan tiga dokter spesialis. (Kondisinya) semuanya sehat, cuma kakinya saja yang perlu dirawat,” pungkasnya. (Cbud)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE