JAKARTA (Waspada): Presiden AS Donald Trump menyatakan tak akan membalas peluncuran rudal Iran ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, Senin malam waktu setempat. Ia justru mendorong Iran dan Israel berdamai selepas serangan tersebut.
Dalam cuitannya, Trump berterima kasih kepada Iran yang ia klaim telah memberitahu lebih dulu sebelum menyerang. “Mungkin Iran sekarang dapat melanjutkan Perdamaian dan Harmoni di Kawasan, dan saya akan dengan antusias mendorong Israel untuk melakukan hal yang sama,” kata Trump.
Menurut Trump, tak ada korban akibat serangan tersebut. Ia berharap serangan simbolis itu meredakan kemarahan Iran. “Yang paling penting, mereka sudah mengeluarkan semuanya dari ‘sistem’ mereka, dan mudah-mudahan tidak akan ada lagi KEBENCIAN,” kata Trump.
Tak lama kemudian, Trump secara sepihak mengumumkan gencatan senjata antrara Israel dan Iran. “SELAMAT KEPADA SEMUANYA! Telah disepakati sepenuhnya oleh dan antara Israel dan Iran bahwa akan terjadi Gencatan Senjata yang Menyeluruh dan Total (kira-kira dalam waktu 6 jam dari sekarang, ketika Israel dan Iran telah berakhir dan menyelesaikan misi terakhir mereka!), selama 12 jam, dan pada saat itulah Perang akan dianggap, BERAKHIR!” tulisnya.
“Dengan asumsi bahwa segala sesuatu berjalan sebagaimana mestinya, saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua Negara, Israel dan Iran, karena Stamina, Keberanian, dan Kecerdasan untuk mengakhiri apa yang seharusnya disebut, “PERANG 12 HARI.”

Merosot
Harga minyak global merosot tajam pada Selasa (24/6/2025), menyusul pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump bahwa Israel dan Iran telah sepakat melakukan gencatan senjata. Kabar tersebut meredakan kekhawatiran pasar terhadap potensi gangguan pasokan minyak di kawasan Timur Tengah.
Dikutip dari Reuters, minyak Brent turun sebesar 2,69 dolar AS atau 3,76 persen ke level 68,79 dolar AS per barel pada pukul 07.06 WIB, setelah sempat anjlok lebih dari 4 persen dan menyentuh titik terendah sejak 11 Juni.
Sementara itu, minyak West Texas Intermediate (WTI) anjlok 2,70 dolar AS atau 3,94 persen ke posisi 65,46 dolar AS per barel, menyentuh level terendah sejak 9 Juni dan sempat melemah hingga 6 persen.
Dalam pernyataan pada Senin malam, Trump mengumumkan bahwa Iran dan Israel telah sepakat atas gencatan senjata penuh. Iran akan memulai gencatan terlebih dahulu, disusul oleh Israel dalam 12 jam. Apabila situasi damai dipertahankan oleh kedua pihak, maka konflik selama 12 hari ini akan resmi berakhir dalam 24 jam.
“Dengan adanya kabar gencatan senjata, kini kita melihat risk premium yang mendorong harga minyak pekan lalu mulai menguap,” ujar Tony Sycamore, analis dari IG.
Sebagai produsen minyak mentah terbesar ketiga di OPEC, pelonggaran ketegangan memungkinkan Iran meningkatkan ekspor minyaknya. Situasi ini juga mencegah terjadinya gangguan pasokan yang selama ini menjadi pemicu utama lonjakan harga dalam beberapa hari terakhir.
Kedua kontrak minyak sebelumnya sempat melejit ke level tertinggi dalam lima bulan, menyusul serangan AS ke fasilitas nuklir Iran yang meningkatkan kekhawatiran akan perluasan konflik Israel-Iran. Namun pada sesi perdagangan terakhir, keduanya mencatat penurunan lebih dari 7 persen.
Sycamore menambahkan bahwa secara teknikal, aksi jual semalam mempertegas lapisan resistensi kuat di kisaran 78,40 dolar AS (level tertinggi Oktober 2024 dan Juni 2025) hingga 80,77 dolar AS (level tertinggi sepanjang 2025). Ia menilai, hanya kejadian yang sangat tak terduga dan mengganggu pasokan global yang dapat mendorong harga minyak menembus batas tersebut.***
Sumber republika.co.id