Scroll Untuk Membaca

Internasional

Di Balik Tragedi Demo Tiananmen: Aksi Heroik Manusia Tank Yang Melegenda

Di Balik Tragedi Demo Tiananmen: Aksi Heroik Manusia Tank Yang Melegenda
Ilustrasi
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Salah satu aksi unjuk rasa paling banyak dibicarakan dan banyak diliput media adalah unjuk rasa di lapangan Tiananmen, Beijing, China.

Aksi unjuk rasa yang berlangsung pada 3-4 Juni 1989 itu, dihadapi dengan keras oleh pemerintah China di bawah Perdana Menteri Li Peng dan didukung seniornya, Deng Xiaoping.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Tak ada angka pasti jatuhnya korban, sebab pemerintah China menutup-nutupi angka pasti. Hitungan pemerintah menyebut angka yang tewas adalah 241 (termasuk tentara), dengan sekitar 7.000 orang terluka. Namun para pegiat hak asasi manusia memperkirakan jumlah korban lebih banyak lagi.

Aksi demonstrasi yang dimotori mahasiswa ini dipicu oleh kematian mahasiswa Hu pada pertengahan April. Pada hari pemakamannya, puluhan ribu mahasiswa berkumpul di Lapangan Tiananmen menuntut demokrasi dan reformasi lainnya.

Tuntutan demokrasi dan reformasi ini kemudian terus menggema. Namun di kalangan pemerintah Partai Komunis China (PKC), tuntutan ini dilabeli sebagai “kontrarevolusiober”.

Tak pelak, tentara pun diturunkan untuk mengamankan aksi yang berlangsung serentak di sejumlah kota seperti Shanghai, Nanjing, Xi’an, Changsha, dan Chengdu, termasuk Beijing yang terbesar.

Pada titik ini, pemerintah Tiongkok berusaha keras untuk mengendalikan pesan yang disebarkan ke seluruh dunia. Beberapa hari sebelum tindakan keras dimulai, China telah berupaya menghentikan semua media berita Amerika Serikat, termasuk CNN, untuk menyiarkan langsung di Beijing.

Mengutip Britannica, selama dua minggu terakhir bulan Mei, darurat militer diberlakukan di Beijing, dan pasukan militer ditempatkan di sekitar kota. Namun, upaya pasukan untuk mencapai Lapangan Tiananmen digagalkan ketika warga Beijing membanjiri jalan dan memblokir jalan mereka.

Para pengunjuk rasa tetap berbondong-bondong di Lapangan Tiananmen, berpusat di sekitar patung plester Dewi Demokrasi, di dekat ujung utara alun-alun. Wartawan Barat juga hadir di sana, sering kali meliput peristiwa tersebut secara langsung.

Namun hal yang paling ikonik dari unjuk rasa ini adalah hadirnya sosok lelaki berbaju putih dan menenteng tas yang menghalangi tank yang melaju ke para demonstran di tengah lapangan.

Aksi pria yang tidak diketahui identitasnya itu, dengan cukup berani menghalangi laju tank bahkan sempat melompat ke atasnya. Bahkan saat tank bergerak ke kiri, pria itu pun tetap berusaha menghalanginya. Hingga akhirnya ada dua orang yang menyelamatkannya.

Akhirnya spekulasi pun beredar. Ada yang menyebut dia adalah pria 19 tahun bernama Wang Weilin, meski tak bisa divalidasi.Pemerintah China pun tak mau memberi penjelasan rinci.

Sekretaris Jenderal Partai Komunis China, Jiang Zemin pada tahun 1990 menyatakan bahwa manusia tank tidak dibunuh. Spekulasi dan teka-teka siapa sosok itu pun masih misterius.

Munculnya foto manusia tank adalah hasil bidikan Jeff Widener, fotografer Associated Press. “Selalu ada risiko besar ditangkap dan filmnya disita,” kata Jeff Widener.

Martsen, mahasiswa yang membantu Widener masuk ke Hotel Beijing, memasukkan film “Tank Man” ke dalam celana dalamnya dan menyelundupkannya keluar hotel. Foto-foto itu segera disiarkan melalui saluran telepon ke seluruh dunia.(cnni)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Respon (1)

  1. Artikel ini mengulas kembali tragedi Tiananmen 1989 dengan menyoroti aksi heroik “Tank Man” yang menjadi simbol perlawanan terhadap otoritarianisme. Liputannya cukup lengkap, mulai dari latar belakang demo mahasiswa, sikap keras pemerintah Tiongkok, hingga kisah ikonik pria tak dikenal yang menghadang tank. Penyajian ini berhasil menekankan sisi kemanusiaan dan keberanian individu di tengah represi, sekaligus mengingatkan pembaca bahwa misteri sosok tersebut masih menjadi simbol perjuangan demokrasi hingga kini.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE