AcehKesehatan

Cerita Dari RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli, Ketika Senyum Jadi Terapi

Cerita Dari RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli, Ketika Senyum Jadi Terapi
Keluarga mendorong pasien dengan kursi roda di lobi RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli, simbol pelayanan ramah dan humanis.(Waspada.id/Muhammad Riza)
Kecil Besar
14px

Di rumah sakit milik pemerintah daerah ini, pelayanan yang manusiawi perlahan mengubah wajah layanan kesehatan di Pidie. Ramah menjadi terapi, empati menjadi penyembuh.

Sore itu, langit Sigli menggantung kelabu. Di antara rintik hujan yang jatuh di pelataran rumah sakit, seorang ibu muda tampak tergesa.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Erika Mayang Sari, 30 tahun, memapah anaknya yang demam tinggi menuju pintu Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Tgk Chik Ditiro. Nafasnya terengah, matanya penuh harap.

“Sudah dua hari panasnya tidak turun. Di klinik tidak membaik, jadi saya langsung bawa ke sini,” katanya lirih.

Begitu tiba, pintu IGD terbuka. Seorang perawat menyambut dengan senyum dan arahan yang jelas. Tidak ada wajah panik, tidak ada suara keras. Dalam hitungan menit, anak Erika sudah diperiksa dokter jaga.

“Pelayanannya cepat dan menenangkan. Dokternya bicara lembut, seolah paham kalau hati saya sedang cemas,” cerita Erika Mayang Sari, warga Beureunuen.

Karyawan RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli berpose di depan area lift rumah sakit sebagai simbol semangat pelayanan yang ramah dan profesional.(Waspada.id/Muhammad Riza)

Ruang Putih yang Tidak Lagi Dingin

Lorong-lorong rumah sakit kini tidak lagi sunyi dan asing. Dindingnya berhiaskan poster edukasi kesehatan, suara langkah perawat bersahutan dengan panggilan pasien. Di meja informasi, petugas menyapa dengan sapaan ramah. “Dulu saya takut ke rumah sakit, sekarang tidak lagi,” kata Erika.

Ruang-ruang yang dulu identik dengan formalitas kini menghadirkan rasa tenang. Di RSUD Tgk Chik Ditiro, keramahan menjadi wajah pertama yang ditemui pasien.

Cerita dari Kamar Rawat

Di ruang anak, bunyi mesin infus berdetak pelan. Syarifah Nadia, 25 tahun, warga Indrajaya, masih menjalani kontrol setelah pulih dari Demam Berdarah Dengue. Ia duduk tenang, mengenang masa-masa dirawat sepekan lalu.

“Begitu selesai observasi di IGD, saya langsung dapat kamar. Tidak menunggu lama. Semua petugas cepat dan sopan,” ujarnya.

Ia menambahkan, perhatian para perawat membuatnya merasa seperti dijaga keluarga sendiri. “Rasanya bukan seperti pasien, tetapi seperti keluarga yang sedang dijaga.” kata Syarifah Nadia, pasien DBD

Wajah Baru Layanan Publik

RSUD Tgk Chik Ditiro kini tumbuh menjadi salah satu rumah sakit rujukan di Aceh. Gedungnya memang tampak megah, tetapi perubahan sejatinya bukan pada beton atau kaca, melainkan pada sikap.

Direktur RSUD drg Mohd Riza Faisal MARS, menyebut perubahan dimulai dari pembenahan pola pikir tenaga medis. “Kami ingin menghapus jarak antara tenaga medis dan pasien. Pelayanan yang baik lahir dari empati,” ujarnya.

Pelatihan etika pelayanan dan sistem digitalisasi kini diterapkan agar birokrasi tidak lagi menjadi beban pasien. Hasilnya terlihat jelas: waktu tunggu berkurang, dan wajah pasien lebih banyak tersenyum.

Kesehatan Cermin Kemanusiaan

Bagi tenaga medis, pelayanan bukan lagi sekadar tugas. “Kalau pasien merasa tenang, penyembuhan lebih cepat,” kata seorang perawat senior yang telah dua dekade bekerja di sana. Ia menyaksikan sendiri bagaimana perubahan budaya kerja membuat ruang perawatan terasa lebih hidup.

Kini, setiap sapaan “selamat pagi” dari perawat bukan basa-basi, melainkan bagian dari terapi. Karena bagi pasien, sentuhan kemanusiaan sering kali lebih mujarab daripada obat-obatan.

Lebih dari Sekadar Gedung

Pemerintah Kabupaten Pidie menaruh perhatian besar terhadap pembangunan layanan kesehatan. RSUD Tgk Chik Ditiro terus berbenah menambah ruang, memperbarui peralatan medis, serta memperluas fasilitas pasien.

Namun di mata warga, nilai paling penting justru bukan pada gedung baru, melainkan suasana yang berubah: keramahan yang tumbuh dari hati.

Sejumlah tenaga kesehatan RSUD Tgk Chik Ditiro Sigli keluar dari lift usai bertugas, mencerminkan disiplin dan dedikasi dalam pelayanan kepada pasien.(Waspada.id/Muhammad Riza)

Ramah Sebagai Terapi

Menjelang malam, Erika duduk di samping ranjang anaknya yang mulai pulas. Hujan di luar sudah berhenti. Di dalam kamar yang hangat, ia menatap wajah buah hatinya dengan rasa syukur.

“Mungkin bukan obat saja yang bikin cepat sembuh,” ujarnya pelan. “Tetapi juga cara mereka memperlakukan kami.” tuturnya lembut.

Di Sigli, rumah sakit ini tumbuh bukan sekadar tempat berobat, melainkan ruang bagi rasa percaya. Di setiap langkah perawat dan ucapan dokter, tergambar kesadaran baru bahwa kemajuan daerah bukan hanya soal pembangunan fisik, tetapi bagaimana manusia memperlakukan manusia lainnya.

Karena di RSUD Tgk Chik Ditiro, keramahan telah menjelma obat, dan empati menjadi penyembuh yang paling tulus. Menyembuhkan bukan hanya soal memberi obat, tetapi juga memberi ketenangan.

Muhammad Riza

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE