Scroll Untuk Membaca

Medan

LPMP Kritisi Pembangunan Di Pakpak Bharat

LPMP Kritisi Pembangunan Di Pakpak Bharat
Kordinator LSM Lembaga Peduli Masyarakat Pakpak (LPMP) Kadirun Padang. Waspada.id/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Kordinator LSM Lembaga Peduli Masyarakat Pakpak (LPMP) Kadirun Padang mengkritisi perkembangan pembangunan Pakpak Bharat di masa pemerintahan Bupati Franc Bernhard Tumanggor (FBT), yang saat ini sedang berjalan untuk periode kedua.

“Kami berpendapat banyak hal yang perlu diperbaiki bahkan dievaluasi agar ke depan lebih baik,” kata Kadirun di Medan, Kamis (18/9).

Berdasarkan catatan LPMP,  di peroide kedua masa jabatannya, FBT terkesan gagal memimpin Kabupaten Pakpak, sebab selama kepemimpinannya pembangunan di sana tampak stagnan.

“Kalau ada pun pembangunan berupa gedung baru di masa kepemimpinan FBT terkesan tidak mengenakkan hati warga Pakpak,” sebut Kadirun.

Gedung megah besar memang ada di Kota Salak, tapi kurang memperhatikan nilai-nilai seni budaya atau kearifan lokal di sana. 

Contohnya, pembangunan gedung perpustakaan yang menelan biaya milyaran rupiah, terkesan tidak menggambarkan gedung yang mengandung nilai kearifan sebagaimana gedung perpustakaan daerah lain, yang hampir bersamaan dibangun, seperti gedung perpustakaan Sidikalang, Dairi.

“Bahkan bangunan gedung perpustakaan yang baru diresmikan Gubernur Sumut belum lama ini, menjadi sorotan tajam para tokoh pemerhati adat budaya Pakpak,” ujarnya.

Karena, gedung tersebut terlihat tidak ada menggambarkan simbol-simbol kearifan lokal suku Pakpak, sehingga wajar dikritisi.

“Gedung baru perpustakaan di daerah lain kok bisa menggambarkan cerminan bangunan bernuansa kearifan lokal daerah, kenapa di Pakpak Bharat tidak demikian halnya,” sambung Kadirun.

Pertanyaan Besar

Tentu hal ini menjadi pertanyaan besar di hati rakyat, kenapa pemimpin Pakpak Bharat, seakan ada niat ingin mengikis atau menghilangkan simbol kearifan lokal suku Pakpak.

Seharusnya, Pemkab Pakpak sudah sewajarnya setiap rencana pembangunan gedung baru di Bumi Sulang Silama Pakpak, harus bernuansa rumah kebesaran Pakpak.

“Sehingga atas dasar itu, penilaian pertama terhadap kepemimpinan FBT kami nilai gagal, sebab kurang menghargai kearifan lokal suku Pakpak,” katanya.

Selanjutnya kegagalan lain dianggap di maasa kepemimpinan FBT adalah kurangnya memprioritaskan putra-putri Pakpak untuk membangun daerahnya  sebagai bentengnya terakhir orang Pakpak.

Selama  FBT memimpin Pakpak Bharat, banyak pejabat yang diimpor dari luar daerah untuk menjabat jabatan strategis, seperti Eselon II maupun III di lingkungan Pemkab.

“Kami bukan elergi dengan suku lain, tapi perlu kita ingat pemekaran Kabupaten Dairi untuk  Pakpak Bharat selain untuk mensejahterakan rakyat, tentu untuk memberdayakan dan mengkaryakan putra-putri asli di tanah leluhurnya, yaitu Pakpak Bharat agar bisa mengikuti putra putri suku lain dan daerah lain di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di NKRI yang kita cintai ini,” ujarnya.

Untuk itu, LPMP berharap pada FBT selaku pimpinan tertinggi di Pemkab Pakpak Bharat, agar dapat mengevaluasi kebijakannya ke depan yang lebih baik lagi dan tetap semangat menghargai kearifan lokal suku Pakpak.

“Yakni, dengan melanjutkan pembangunan maupun perawatan infrastruktur yang telah dimulai oleh pemimpin pendahulunya dan impian masyarakat Pakpak Bharat agar semakin lebih maju lagi,” pungkas Kadirun.

Sejauh ini, pihak Pemkab Pakpak Bharat belum memberikan penjelasan dan keterangan resmi. (id23))

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE