JAKARTA (Waspada) : Pemerhati kebijakan politik, Dr. MS Kaban, aksi demonstrasi elemen mahasiswa, kelompok masyakarat diberbagai daerah yang menyisakan duka tewasnya 10 orang anak bangsa dan ratusan luka-luka termasuk aparat kepolisian, karena rasa ketidakadilan atas kebijakan pemerintah yang memberatkan rakyat.
Dikatakannya, aksi yang digelar rakyat harus disikapi dengan keberanian oleh seorang pemimpin. Saya usulkan agar Presiden Prabowo Subianto berani memotong gaji para petinggi negara seperti di BUMN maupun DPR sebesar 50% untuk kepentingan rakyat langsung.
“Saat masyarakat, rakyat dibebani beban kehidupan yang sangat berat, harusnya para pemimpin lebih prihatin. Berani gak Presiden memotong gaji semua direktur BUMN sebesar 50% termasuk memotong gaji DPR?,” kata Kaban dalam keterangannya yang dibagikan dalam berbagai platform media sosial.
Pernyataan tokoh nasional yang pernah punya pengalaman duduk di pemerintahan dan DPR ini, untuk memenuhi tuntutan rakyat lewat aksi massa yang berujung pada amuk massa belakangan ini, telah dikonfirmasi dan seizin MS Kaban untuk pemberitaan, Rabu (3/9).
“Hasil pemotongan gaji itu serahkan kepada rakyat untuk meningkatkan daya belinya supaya ketimpangan ekonomi yang saat ini terjadi bisa teratasi,” ujar Menteri Kehutanan di era Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, periode 2004-2009.
Beredarnya video pendek pernyataan Kaban yang berdurasi 51 detik dan menarik perhatian publik ini, dikutip dari sebuah tayangan JUST TALKS (justice talk show) di channel Jurnal Politik TV selasa pekan lalu (26/8) bertajuk “Presiden Kepung Koruptor”.
“Peristiwa aksi massa yang berujung krusuhan dan memakan korban jiwa belakangan ini seolah menantang Presiden yang tengah berusaha memberantas penyakit korupsi kronis yang menyengsarakan rakyat banyak itu,” ungkap Kaban.
Di sisi lain para pemimpin seakan tak punya sense of crisis atas beban hidup rakyat yang makin sulit. Bahkan publik menyaksikan, DPR malah dengan riang gembira menyambut kenaikan aneka tunjangan yang sangat tak masuk akal, di tengah jurang ketimpangan kehidupan yang semakin menganga antara si kaya dan miskin.
“Lepas dari silang pendapat analisis “siapa” yang berada di balik ledakan amuk massa yang terjadi sepekan terakhir ini, namun sejatinya peristiwa ini muncul akibat ketimpangan ekonomi yang terjadi dalam kehidupan nyata, antara kehidupan para pemimpin dan rakyatnya sendiri,” kata Kaban l. (j01)