Scroll Untuk Membaca

Lainnya

Rencana Sekolah 5 Hari, Bagus ! Tapi… 

Rencana Sekolah 5 Hari, Bagus ! Tapi… 
Anggota DPRD Sumut Ahmad Hadian. Waspada/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Anggota DPRD Sumut Ahmad Hadian (foto) menyambut baik wacana Gubsu Bobby Nasution yang akan memberlakukan belajar  sekolah selama 5 hari mulai tahun 2026/2027. Namun rencana dengan salah satu tujuan mengurangi kenakalan remaja di kalangan anak didik, harus dilakukan secara komprehensif.

“Sebagai wacana ini bagus sekali, namun semua pihak mulai dari stakeholder pendidikan dan pemerintah perlu duduk bareng membicarakan masalah ini dengan tuntas dan komprehensif,” kata Ahmad Hadian dalam keterangannya kepada Waspada, Jumat (23/5).

Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini merespon rencana Gubsu yang merancang pembelajaran Sekolah Menengah Atas/Kejuruan (SMA/SMK) hanya 5 hari, baik negeri maupun swasta. Adapun penerapan pembelajaran 5 hari itu mulai berlaku pada tahun ajaran 2026/2027.  

Menyikapi hal itu, anggota dewan Dapil Sumut 5 Asahan, Batubara dan Tanjungbalai ini menyambut baik wacana belajar, yang biasanya 6 hari  menjadi 5 hari itu, namun perlu dipertimbangkan beberapa hal.

“Kalau ingin menerapkan sekolah 5 hari dalam sepekan bagi anak-anak SMA dan SMK, itu yang pertama harus dipertimbangkan adalah beban pemenuhan kurikulum,” kata Hadian, yang akrab disapa Kang Hadian ini. 

Karena, lanjut Kang Hadian, yang juga guru, dan praktisi pendidikan ini, saat ini di era sertifikasi guru semuanya dibebani tugas mengajar selama 24 jam, sehingga ketika satu hari kerja terkurangi, otomatis akan ada 8-10 mata pelajaran yang akan hilang. “Nah bagaimana untuk memenuhi hal itu,” tanya Kang Hadian sering disapa Coach UHa, ini.

Kalau di sekolah-sekolah full day, lanjut Kang Hadian, seperti Sekolah Islam Terpadu, para guru terbiasa bekerja lima hari sudah sejak lama.   

“Makanya, untuk menutupi kekurangan beban kurikulum yang 8 sampai 10 jam di hari Sabtu itu, mereka melakukannya full day. Jadi setelah zuhur, mereka kembali melakukan pembelajaran, sehingga pulangnya pukul 15.00 atau 16.00 WIB sore,” katanya.

Dikaji Seksama

Kang Hadian mempertanyakan, apakah kebijakan rencana belajar lima hari bisa dilaksanakan secara tepat di sekolah-sekolah negeri, dan ini harus dikaji secara seksama.

Menurut Kang Hadian, dari segi sosial sesuai harapan Gubsu, rencana belajar 5 hari diharapkan agar anak-anak bisa berkumpul bersama orangtua mereka di rumah pada Sabtu dan Minggu. Ini berlaku anak-anak dari orangtua PNS, mereka libur hari Sabtu dan Minggu dan ada kebersamaan di rumah.

“Namun bagaimana bagi anak yang orangtuanya bekerja di perusahaan swasta, tentu sepanjang hari mereka kerja. Akibatnya, anak-anak berpotensi menjadi tanpa kontrol, dan jadi peluang untuk melakukan hal yang tidak diinginkan,” katanya.

Sehingga, jika nanti rencana belajar 5 hari diberlakukan, sistemnya harus diperbaiki, termasuk pelaksanan pendidikan dan pembelajaran.

“Penerapan belajar 5 hari jadi tantangan Pemprovsu, mengingat sekolah yang baik tidak hanya menghasilkan anak yang baik, tetapi juga anak didik yang berkarakter,” imbuhnya.

“Untuk mencapai tujuan itu, tentu tidak hanya menyiapkan pembelajaran, harus ada habituasi, berupa  pembiasan sopan santun, dari siswa ke guru. Ini dimulai dari guru itu sendiri,” sebutnya.

Dijelaskan, untuk itu, harus direvisi total pembinaan terhadap guru, agar mereka bisa melakukan pembiasaan yang baik di sekolah, karena guru akan menjadi contoh bagi para siswa.

“Kita sebagai pemerintah dan guru di sekolah juga harus memberi penambahan tugas kepada orangtua guna mencegah gap persepsion antara sekolah dan rumah tentang cara mendidik,” ujarnya.

“Pengalaman saya sebagai guru, dan praktisi pendidikan, sering terjadi perbedaan pandangan antara sekolah dan rumah, di mana hal-hal baik di sekolah tidak semua dilaksanakan di rumah, karena orangtua tidak dapat memahami kenapa harus melakukan habituasi seperti itu,” katanya.

Jika dibiarkan, tentu akan menghambat pembentukan karakter yang baik pada pribadi anak didik. 

“Karenanya, kita semua stakeholder terkait, dan pemerintah duduk bersama mengkaji ini semua, sekalgus merevisi dan meninjau ulang tentang peranti yang terilibat di dunia pendikan, guna menghasilkan bukan hanya guru dan ilmu, tetapi moral yang baik pula,” ujarnya.

Kang Hadian mengatakan, perlu menciptakan pemahaman yang baik antara sekolah dan orangtua, dan ini menjadi salah satu solusi jika wacana belajar 5 hari diterapkan, agar anak-anak nantinya bisa bersama keluarga, dan akhirnya mendapat pendidikan di sekolah dan di rumah. 

“Seperti di Sekolah Islam Terpadu, jika ada hari libur, kita mengisinya dengan menanamkan moral, misalnya, penambahan kurikulum agama dengan cara santai, tanpa seragam dan roster. Hal itu artinya selain mendapat hiburan, juga hubungan dengan anak didik menjadi lebih intens,” pungkas Hadian. (cpb)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE