# Desak Yayasan Turun Tangan
MEDAN (Waspada.id): Para mahasiswa Universitas Darma Agung (UDA) menyampaikan keresahan terkait dualisme yayasan yang tidak kunjung tuntas. Mahasiswa sangat sedih karena untuk masuk ke lingkungan kampus saja harus melalui proses ketegangan dan perdebatan yang melelahkan.
“Seperti hari ini kami sempat tidak diizinkan masuk ke lingkungan kampus kami sendiri. Kami sangat sedih, selalu harus melalui proses debat dan ketegangan baru bisa masuk kampus,” kata sejumlah mahasiswa kepada wartawan, Senin (6/10) pukul 08.30 WIB.
Mahasiswa mengatakan, mereka sudah melakukan berbagai berupaya agar konflik yayasan ini segera berakhir. Sebab, jika konflik ini terus berkepanjangan kami mahasiswa yang paling menderita.
Karena itu, secara tegas mahasiswa meminta kepada semua elemen yang terlibat dalam penyelesaian konflik UDA, seperti Kemendikristek, pengadilan, dan Menkumham secara arif dan bijaksana segera mempercepat menyelesaikan persoalan dualisme yayasan UDA ini.
“Semua elemen yang terlibat dalam penyelesaian konflik UDA tidak berpihak dalam mengambil keputusan. Semua harus sesuai dengan aturan yang benar,” tegas mahasiswa.
Jika tidak, maka konflik ini tidak akan pernah benar-benar tuntas. “Jika ini yang terjadi kami juga yang menjadi korban,” kata para mahasiswa silih berganti.
Para mahasiswa sangat menyayangkan, adanya pergantian ketua yayasan dan rektor di tengah jalan. Karena ini cikal-bakal pemicu utama konflik ini berkepanjangan.
Semakin memanasnya konflik dualisme kepengurusan yayasan membuat para mahasiswa semakin cemas. Karena itu, para mahasiswa mendesak seluruh ahli waris yayasan UDA turun tangan menyelesaikan konflik yayasan ini.
”Lewat pernyataan ini Kami seluruh mahasiswa minta para ahli waris yayasan UDA turun tangan jangan hanya berdiam diri menonton konflik ini terus bergulir. Mohon para ahli waris agar punya hati agar konflik ini segera berakhir. Kami sangat menderita dengan konflik ini,” tegas mahasiswa.
Di samping itu, para mahasiswa juga meminta para dosen UDA tidak melakukan manuver di tengah konflik yayasan yang sedang berlangsung.”Para dosen harus sadar ini diri, UDA bukan milik mereka karena UDA punya para ahli waris, “ teriak mahasiswa.
Sebab, kata, mahasiswa, tidak sedikit para dosen UDA melakukan manuver dan memanfaatkan dualisme yayasan.
Akibatnya, persoalan UDA semakin parah, seharusnya para dosen hadir sebagai cahaya penyelesaian dualisme yayasan, bukan mencari panggung untuk menambah kisruh.
Sebab, lanjut para mahasiswa, jika konflik terus terjadi, maka para mahasiswa kebingungan dan khawatir nasibnya kedepannya.
Maka dari itu, mahasiswa mendesak kepada pihak yang berwenang untuk segera menyelesaikan secara cepat permasalahan dualisme ini dengan hati dan aturan yang ada.
”Lihat lah penderitaan kami mahasiswa UDA saat ini,” kata salah seorang mahasiswa sambil berurai air mata.
Ganggu Proses Belajar
Mahasiswa menjelaskan, dualisme tersebut di lingkungan universitas mengganggu proses mengajar, proses akreditasi dan penerimaan mahasiswa baru, serta wisuda.
“Dualisme yayasan ini harus diselesaikan, karena korbannya hanya mahasiswa,” kata mahasiswa lagi. Selesaikan permasalahan ini secara elegan bukan karena ada intervensi dari pihak manapun.
Secara terpisah, sejumlah alumni UDA juga menyuarakan keprihatinan mendalam terkait konflik dualisme di Yayasan Perguruan Darma Agung (YPDA) yang hingga kini masih berlangsung.
Sejumlah alumni sependapat dengan para mahasiswa, seluruh elemen yang terlibat dalam penyelesaian konflik UDA secara adil dan bijak mengeluarkan putusannya.
Kemudian, para dosen diharapkan tidak terlibat terlalu jauh, apalagi sampai berpihak atau melakukan manuvers ini hanya menambah konflik yang berkepanjangan.
Di samping itu, juga para alumni berharap para ahli waris segera turun tangan, karena memiliki kewenangan mutlak dalam penyelesaian konflik dualisme yayasan UDA ini.
Lebih jauh, alumni mengungkapkan kekecewaannya terhadap pemangku kebijakan terkesan membiarkan konflik ini berlarut-larut. “Kasian sekali adik-adik mahasiswa. Karena keserakahan mahasiswa yang jadi korban,” kata Alexander Gulo.
Katanya, mereka tidak peduli siapa pun yang menjadi pengurus, yang terpenting adalah pengangkatan sesuai mekanisme yang berlaku. Kisruh di yayasan ini telah menyebabkan situasi yang tidak menentu, termasuk penunjukan dua rektor di UDA. Akibatnya, mahasiswa menjadi korban.
Ditutup
Sementara itu, pantauan wartawan, Senin (6/10), pagi akses utama ditutup, sejumlah dosen, pegawai dan mahasiswa UDA terlantar sejumlah dosen.
Menurut mahasiswa, akses masuk kampus ditutup diduga atas perintah HNK.
“Dari pengakuan security, mereka menutup akses masuk kampus atas perintah atasan mereka yakni diduga HNK. Akibatnya kami mahasiswa UDA Medan terlantar,” terang mahasiswa.
Akses masuk ke kampus ditutup total, menyebabkan aktivitas mereka terhambat. Penutupan gerbang utama kampus mulai terjadi sekitar pukul 07.45 WIB. Petugas keamanan yang berjaga melarang para civitas akademika masuk, dengan alasan menjalankan perintah atasan.
Setelah melalui dialog dan ketegangan, para dosen, pegawai, dan mahasiswa akhirnya diizinkan masuk, pada pukul 09.30 WIB.
Para mahasiswa mengingat, agar kedepan jangan ada lagi penutupan akses masuk ke lingkungan kampus.
”Masak kami terlantar di kampus kami sendiri, kami minta pihak HNK tidak sewenang-wenang di kampus. Persoalan yayasan jangan sampai berimbas kepada penutupan akses masuk lingkungan kampus,” pinta para mahasiswa.(id14)