MEDAN (Waspada): Anggota DPRD Sumut dari Fraksi PKS Abdul Rahim Siregar (ARS) mendesak aparat penegak hukum untuk segera mengusut tuntas perambahan dan perusakan hutan, yang diduga menjadi penyebab banjir bandang di Tapanuli Selatan (Tapsel).
“”Indikasi kuat memang ada perambahan atau penebangan liar yang terjadi di hulu sungai, yang menyebabkan banjir bandang, dan menimbulkan kerusakan harta benda masyarakat,” kata ARS kepada wartawan melalui sambungan telepon seluler dari Medan, Jumat (20/12/2024).
Anggota dewan Dapil Sumut 7 Tabagsel itu, merespon banjir bandang yang menerjang Desa Kota Tua, Kecamatan Tano Tombangan (Tantom) Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan, Rabu (18/12/2024).
Menyikapi hal itu, ARS sangat prihatin karena banjir bandang yang menerjang desa tersebut, merupakan yang terparah dalam 100 tahun di Tabagsel.
“Karenanya, saya mendesak aparat penegak hukum dan instansi terkait untuk melakukan investigasi dan penyelidikan. Siapa di balik perambahan ataupun penebangan liar di sana,” paparnya.
Selain itu, pihaknya juga mendesak seluruh entitas bangsa, baik Pemkab Tapsel, Pemprovsu maupun pusat serta perusahaan yang ada di kawasan Tabagsel diminta segera bersama-sama membantu masyarakat yang terdampak bencana.
Hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut sejak pukul 14.00 WIB menyebabkan Sungai Aek Mardua meluap dan membawa material kayu, dan menghantam pemukiman warga. Desa Sisoma, Harean, dan Simaninggir juga terdampak, namun Desa Kota Tua menjadi yang paling parah.
Kayu bulat panjang, potongan sisa kayu olahan dan bahkan tunggul berikut akar kayu itu diduga hasil perambahan hutan, turut hanyut dan menumpuk di pemukiman warga Desa Kota Tua, Kamis (19/12/2024).
ARS juga menilai, banjir bandang yang menerjang Desa Kota Tua itu tentunya tak berdiri sendiri. Melainkan ada yang terganggu ekologi alam disana. Apalagi banyak kayu-kayu yang terbawa air dan saat ini menumpuk di pemukiman warga.
Bertindak Tegas
Selain itu, ARS juga meminta keberanian Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto, Pj Gubernur Sumut Agus Fatoni dan Bupati Tapsel untuk bertindak tegas atas kerusakan alam yang ada di kawasan Tabagsel.
“Itu penting ditindaklanjuti para pemimpin negeri ini, agar tak terjadi lagi musibah yang sama dimasa yang akan datang. Namun sebaliknya, jika pengerusakan ini terjadi pembiaran, jangan salahkan alam bertindak atas kerusakan yang semakin merajalela dan yang menjadi korban adalah rakyat,” tandas ARS.
Dampak Banjir
Sementara itu, berdasarkan data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tapsel, dampak banjir bandang ini cukup signifikan. Tercatat satu orang luka berat dan satu orang luka ringan di Desa Kota Tua.
Lebih dari 300 warga Desa Kota Tua mengungsi, sementara sekitar 50 warga Desa Simaninggir juga terpaksa meninggalkan rumah mereka. Total sekitar 1180 jiwa di Desa Kota Tua dan 379 jiwa di Desa Simaninggir terdampak bencana ini.
Kerusakan material juga cukup besar. Empat rumah hanyut, 20 rumah rusak berat, dan 57 rumah rusak ringan. Sebanyak 200 unit rumah terdampak banjir.
Selain itu, jalan desa tertimbun material longsor, dan dua masjid serta satu gereja turut terdampak. Lahan pertanian padi seluas 15,5 hektar di Desa Kota Tua juga terendam banjir dengan ketinggian air mencapai 1 meter.
BPBD Tapsel telah melakukan sejumlah upaya penanganan bencana, antara lain evakuasi korban, koordinasi dengan pihak terkait, pendirian tenda pengungsi dan dapur umum, distribusi logistik, pembersihan material longsor, dan pendataan korban dan dampak bencana. Sampai saat ini belum ada laporan korban jiwa.
Namun, kelompok rentan seperti bayi (24 jiwa), balita (94 jiwa), ibu hamil (24 jiwa), ibu menyusui (45 jiwa), dan lansia (65 jiwa) di Desa Kota Tua sangat terdampak.(cpb)
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.