MEDAN (Waspada.id): Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) meminta Pemko Medan untuk membangun pompa air di sejumlah lokasi yang menjadi langganan tergenang banjir jika turun hujan.
Ketua Komisi IV DPRD Kota Medan, Paul Mei Anton Simanjuntak, SH mengatakan itu kepada Waspada.id, Selasa (23/9/2025), merespon keluhan masyarakat soal banjir yang tak kunjung teratasi di kota ini.
‘’Kemarin beberapa kali kita minta Dinas PU untuk segera membangun pompa air di beberapa titik yang rawan banjir. Salah satunya di Jl. Letda Sudjono dekat gerbang tol Bandar Selamat, Tembung,’’ ucap Paul.
Paul menyebut air yang menggenangi gerbang tol Tembung nantinya bisa dibuang ke sungai terdekat. ‘’Kita lihat situasi, jika tak cukup dua pompa, bisa dibuat lebih secara permanen,’’ cetusnya.
Paul pun mencontohkan apa yang telah dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menggunakan pompa untuk menyedot dan mengalirkan air banjir ke sungai atau waduk sebagai upaya penanganan banjir di berbagai titik ibu kota.
‘’Kalau di ibu kota, saat turun hujan dan terjadi banjir, ratusan pompa dioperasikan untuk membantu menyurutkan genangan air dengan cepat,’’ ujarnya.
Namun, kata Paul, Kota Medan belum siap membangun pompa tersebut dan Dinas PU akan mengkaji terlebih dahulu serta mengusahakannya di tahun 2026 mendatang.
Paul pun mengaku, telah memetakan titik-titik di Kota Medan yang menjadi langganan banjir jika hujan deras turun. ‘’Kami bersama rekan-rekan di komisi 4, fokus membahas persoalan banjir yang terjadi di sejumlah kawasan di Kota Medan,’’ cetusnya.
Paul juga meminta Wali Kota Medan bisa menginstruksikan seluruh jajaran dengan baik, tidak hanya Dinas PU, dinas-dinas lainnya, camat, lurah, kepling agar senantiasa memantau sistem drainase, saluran parit dan tata kelola ruang kota di daerah masing-masing.
‘’Mulai dari sedimentasi parit, pembangunan yang mengabaikan jalur aliran air, hingga kebiasaan warga membuang sampah sembarangan,’’ ucapnya.
Sebelumnya, pengamat anggaran dan kebijakan publik, Elfenda Ananda menyebut Wali Kota Rico Waas masih terjebak dalam kegiatan seremonial yang bersifat simbolik, sementara persoalan nyata Kota Medan seperti banjir, justru diabaikan.
Padahal, kata Elfenda, dalam beberapa bulan ke depan, musim penghujan berisiko memunculkan semakin banyak titik banjir di Kota Medan.
Contohnya, pada Sabtu pagi, 20 September 2025, sejumlah kawasan seperti Medan Amplas mendekati pintu tol Amplas, Jalan Salam, Harjosari II, Medan Amplas, Medan Marelan, dan gerbang tol Bandar Selamat di Medan Tembung dilanda banjir dan sebagainya, meskipun hujan hanya berlangsung sebentar.
Permasalahan utama terletak pada tata kelola ruang kota yang tidak tertata dengan baik, terutama pada kawasan tangkapan air.
Hingga kini, tidak jelas bagaimana Pemko Medan mengatur tata ruangnya: wilayah tangkapan air bercampur dengan permukiman, perkantoran, dan area perdagangan, sehingga menyulitkan sistem pembuangan air ketika hujan.
Selain itu, banyak parit yang ditutup untuk memperluas halaman rumah, toko, atau bangunan lainnya. Kondisi ini membuat proses pembersihan saluran menjadi sulit dan menambah beban biaya perawatan.
‘’Minimnya tindakan cepat pasca banjir, baik berupa inspeksi lapangan maupun instruksi perbaikan, semakin memperlihatkan lemahnya sense of crisis dari Wali Kota Medan Rico Waas dalam menghadapi persoalan banjir,’’ kata Elfenda, Senin (22/9/2025) siang.
Sementara, pantauan Waspada.id di instagram pribadi Rico Waas, Senin malam, setelah membaca kritikan yang dilontarkan Elfenda dimuat di Waspada.id, Senin siang, Wali Kota Rico Waas tampak turun meninjau banjir yang menggenangi Jl. Sei Batanghari pada malam harinya usai Medan diguyur hujan deras.(id96)