MEDAN (Waspada.id): Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) pascabanjir di wilayah Tapanuli Bagian Selatan (Tabagsel) kian mengkhawatirkan. Tidak hanya terjadi di Kota Padangsidimpuan, krisis BBM kini meluas ke Kabupaten Tapanuli Selatan (Tapsel), Mandailing Natal (Madina), Padang Lawas (Palas), dan Padang Lawas Utara (Paluta).
Kondisi ini terjadi di tengah upaya masyarakat yang masih berjuang bangkit dari dampak bencana banjir dan longsor yang melanda wilayah tersebut sekitar 20 hari lalu. Antrean panjang kendaraan di stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) menjadi pemandangan sehari-hari dan menambah beban hidup warga.
Anggota DPRD Sumatera Utara dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sumut VII Tabagsel, Abdul Rahim Siregar, menyampaikan keprihatinan serius atas situasi tersebut. Ia menegaskan bahwa kelangkaan BBM terjadi hampir merata di seluruh wilayah Tabagsel, baik di pusat kota maupun daerah pinggiran.
“Bukan hanya di Padangsidimpuan yang mengalami kelangkaan dan antrean panjang. Kondisi serupa juga terjadi di Tapsel, Madina, Palas, dan Paluta. Ini sudah menjadi persoalan serius yang harus segera ditangani,” kata Abdul Rahim kepada Waspada.id, Selasa malam (16/12).
Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang akrab disapa ARS itu, antrean kendaraan di sejumlah SPBU bahkan mencapai lebih dari satu kilometer. Beberapa SPBU yang terdampak parah antara lain SPBU Padang Matinggi, Batu Nadua, SPBU dalam kota Padangsidimpuan, Pajak Inpres, Pijorkoling atau Manunggang, hingga wilayah Sipirok dan Sayur Matinggi.
“Antrean bukan hanya menyita waktu dan tenaga, tapi juga menghambat aktivitas ekonomi masyarakat. Banyak warga, sopir angkutan, hingga pelaku usaha kecil terpaksa menghentikan aktivitas karena kehabisan BBM,” ujarnya.
ARS mengungkapkan, keluhan masyarakat terus mengalir kepadanya. Tidak sedikit warga yang mengaku harus mengantre selama berjam-jam sejak pagi, namun saat tiba giliran pengisian, stok BBM di SPBU justru telah habis.
“Sudah menunggu lama, tapi BBM habis. Ini sangat mengecewakan dan memicu emosi warga. Kalau dibiarkan, situasi ini berpotensi memicu konflik di lapangan,” tegasnya.
Ia menilai, kondisi psikologis masyarakat pascabencana masih sangat rentan. Karena itu, kelangkaan BBM yang berlarut-larut dapat memperburuk situasi sosial di tengah masyarakat.

Antrean panjang di salah satu SPBU di Padangsidempuan. Waspada.id/isr
Desak Langkah Darurat
Atas kondisi tersebut, Abdul Rahim secara tegas mendesak Gubernur Sumatera Utara, Wali Kota Padangsidimpuan, para bupati di wilayah Tabagsel, serta PT Pertamina (Persero) untuk segera mengambil langkah cepat, konkret, dan terukur.
Salah satu solusi mendesak yang ia dorong adalah penambahan kuota BBM secara signifikan, bahkan hingga dua sampai tiga kali lipat dari kuota normal.
“Ini kondisi darurat pascabencana. Jangan disamakan dengan kondisi normal. Saya minta kuota BBM segera ditambah, kalau bisa dua sampai tiga kali lipat, agar kebutuhan masyarakat terpenuhi,” tegas ARS.
Ia juga menjelaskan bahwa selama ini pasokan BBM ke wilayah Padangsidimpuan dan sekitarnya umumnya disuplai dari Sibolga. Namun akibat akses jalan yang rusak dan terputus pascabanjir, distribusi kini dialihkan dari Dumai. Perubahan jalur distribusi ini, menurutnya, harus diantisipasi dengan kebijakan penambahan kuota dan penguatan distribusi.
“Perubahan jalur distribusi tentu berdampak pada pasokan. Ini harus direspons cepat oleh Pertamina dan pemerintah daerah agar tidak merugikan masyarakat,” ujarnya.
Lebih lanjut, ARS menekankan pentingnya kehadiran negara di tengah situasi sulit yang dihadapi rakyat. Ia berharap para pemimpin daerah benar-benar turun tangan dan tidak memandang persoalan BBM ini sebagai masalah teknis semata.
“BBM adalah kebutuhan dasar masyarakat. Di saat seperti inilah rakyat menunggu kehadiran pemimpin. Buatlah kebijakan yang benar-benar memudahkan rakyat mendapatkan BBM,” ucapnya.
Menurutnya, kebijakan yang cepat dan berpihak pada rakyat kecil akan sangat berarti bagi pemulihan ekonomi dan sosial masyarakat Tabagsel. “Rakyat ingin kembali beraktivitas dengan tenang, tanpa antrean panjang dan tanpa rasa was-was kehabisan BBM,” pungkasnya.
Ia berharap, dengan perhatian serius dari pemerintah daerah dan Pertamina, krisis BBM di Padangsidimpuan dan wilayah Tabagsel dapat segera teratasi, sehingga proses pemulihan pascabencana dapat berjalan lebih cepat dan aktivitas masyarakat kembali normal. (id06)











