MEDAN (Waspada.id): Industri kopi rumah tangga di Kota Medan menyimpan potensi besar seiring berkembangnya wisata agro.
Salah satu contohnya adalah Darussalam Kedai Kopi, UMKM kopi rumahan di kawasan Babura, Medan, yang kini mulai bertransformasi melalui pemanfaatan teknologi digital, termasuk penerapan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk layanan pelanggan dan promosi.
“Transformasi digital UMKM bukan lagi pilihan, melainkan kebutuhan. Melalui penerapan chatbot AI, SOP produksi, dan digitalisasi manajemen, kami mendorong UMKM kopi agar lebih siap bersaing dan terintegrasi dengan sektor wisata agro yang sedang tumbuh di Kota Medan,” ucap Daniel Cassa Augustinus, SS, MM. Par, selaku Ketua Program kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat, Minggu (21/12).
Sebelum pendampingan dilakukan, Darussalam Kedai Kopi masih mengandalkan proses produksi manual dengan peralatan sederhana. Proses sangrai, penggilingan, hingga pengemasan dilakukan secara tradisional tanpa standar mutu tertulis.
Kapasitas produksi pun relatif rendah, hanya sekitar 10–20 kilogram per bulan, dengan kualitas produk yang sulit dijaga konsistensinya karena tidak adanya dokumentasi proses.
Dari sisi manajemen, pencatatan keuangan dan stok masih dilakukan secara manual. Kondisi ini menyulitkan pelaku usaha dalam menghitung laba-rugi, mengelola arus kas, maupun merencanakan pengembangan usaha.
Sementara itu, pemasaran masih bertumpu pada promosi dari mulut ke mulut, tanpa katalog digital, strategi media sosial yang jelas, ataupun layanan pelanggan berbasis teknologi.
Padahal, wisatawan domestik maupun mancanegara semakin bergantung pada informasi digital saat mencari produk lokal dan destinasi wisata. Ketiadaan informasi daring membuat produk kopi lokal kurang terlihat dan belum terhubung dengan ekosistem wisata agro yang mulai berkembang di Medan.
Melalui program pendampingan berbasis pengabdian kepada Masyarakat yang dilaksanakan oleh tim dari UPH Kampus Medan dan juga didanai oleh Kementerian Sains dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia, berbagai solusi diterapkan secara terintegrasi.
Di bidang produksi, mitra mendapatkan pelatihan teknik sangrai, penggilingan, dan pengemasan yang lebih higienis serta penyusunan Standar Operasional Prosedur (SOP). Hasilnya, konsistensi mutu meningkat dan kapasitas produksi naik sekitar 30–40 persen.
Pada aspek manajemen, usaha mulai didigitalisasi menggunakan sistem pencatatan keuangan dan inventaris berbasis Google Sheet, sehingga laporan usaha dapat diakses secara rutin dan lebih akurat. Digitalisasi ini membantu pelaku UMKM mengambil keputusan berbasis data.
Inovasi utama program ini adalah penerapan chatbot AI yang terintegrasi dengan WhatsApp. Chatbot tersebut mampu melayani pelanggan selama 24 jam, menjawab pertanyaan seputar produk, harga, lokasi pembelian, hingga informasi wisata agro di sekitar Medan. Saat ini, chatbot mencatat rata-rata 30–50 interaksi pelanggan per bulan, sekaligus menjadi pintu masuk promosi bagi wisatawan.
Selain itu, pemasaran digital diperkuat melalui aktivasi media sosial, katalog produk daring, serta pemanfaatan Google Business dan marketplace. Produk kopi Darussalam Kedai Kopi kini tidak hanya dijual sebagai minuman, tetapi juga diposisikan sebagai bagian dari pengalaman wisata lokal.
Dari sisi mitra usaha, David, yang merupakan pemilik Darussalam Kedai Kopi, menyampaikan bahwa program ini membawa perubahan nyata dalam pengelolaan usahanya.
“Sebelumnya kami hanya fokus produksi secara tradisional. Sekarang kami punya standar kerja yang jelas, pembukuan digital, dan chatbot yang membantu menjawab pertanyaan pelanggan. Dampaknya sangat terasa, pelanggan bertambah dan usaha kami terlihat lebih profesional,” ungkapnya.
Keterlibatan mahasiswa juga menjadi bagian penting dalam keberhasilan program ini. Dewi Puspita, salah satu mahasiswi yang terlibat langsung dalam pendampingan UMKM, mengaku memperoleh pengalaman berharga.
“Kami belajar langsung di lapangan, mulai dari mendampingi UMKM, membantu mengelola media sosial, hingga terlibat dalam pengembangan chatbot. Pengalaman ini membuat kami memahami bagaimana ilmu di kampus bisa diterapkan untuk memberdayakan masyarakat,” tuturnya.
Program ini sejalan dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 8 (pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi), SDG 9 (industri, inovasi, dan infrastruktur), serta SDG 12 (konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab).
Keterlibatan mahasiswa sebagai pendamping dan trainer juga mendukung Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, sekaligus mendorong pemberdayaan UMKM berbasis teknologi sebagaimana arah Asta Cita pembangunan nasional.
Ke depan, pengembangan akan dilanjutkan dengan chatbot multibahasa, integrasi pembayaran digital, hingga penyusunan paket wisata agro berbasis kopi. Transformasi ini diharapkan mampu memperkuat daya saing kopi lokal Medan, sekaligus menjadikannya bagian dari ekosistem ekonomi kreatif dan pariwisata yang berkelanjutan. (id23)











