MEDAN (Waspada): Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Sumatera Utara (USU), Dr. Fadli, SE, MSi, mengatakan, meski aktivitas ekonomi di bangsa sudah dirasakan mulai pulih, namun Indonesia harus tetap bersatu untuk menghadapi tantangan besar perekonomian global di tahun 2023.
Di mana perekonomian Indonesia akan sangat dipengaruhi oleh pelemahan tren ekonomi dunia, seperti akses dan harga sumber energi, kerentanan hutang dan inflasi yang tinggi.
Dekan mengemukakan hal itu saat membuka diskusi ekonomi dengan tema: “Prospek dan Tantangan Ekonomi Indonesia di Tahun 2023” pada Jumat (24/2).
Pembicara utama dalam kegiatan ini meliputi IMF Senior Residence Representative, Mr James P. Walsh, dan Asisten Direktur Bank Indonesia Institute, Dr. Prayudi Azwar. Kegiatan ini dihadiri sekitar 270 peserta akademisi dosen dan mahasiswa yang berasal dari empat belas universitas di Kota Medan.
Penyelenggaraan Kegiatan ini disponsori oleh Bank Indonesia dan PTPN IV.
Lebih lanjut, Dekan mengatakan, perekonomian Indonesia sudah mulai pulih namun tekanan ekonomi global sangat besar dan akan memberi dampak ke perekonomian di Indonesia.
“Kita perlu melihat ini sebagai sebuah peluang dan tantangan yang akan dihadapi Indonesia ke depan,” katanya.
Hasil Produktif
Sementara itu, pejabat Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Utara diwakili Aegina Siswana Surbakti memaparkan Suamteranomic yang telah berlangsung selama tiga tahun memberikan hasil produktif mendukung pengambilan kebijakan ekonomi di Sumatera.
Sumatera Comic hadir sebagai upaya meningkatkan peran akademisi dan praktisi serta pengamat ekonomi untuk menggali dan memunculkan ide-ide kreatif, sekaligus menyampaikannya sebagai rekomendasi untuk pembangunan perekonomian.
Pelaksanaan kegiatan ini dimoderatori akademisi FEB USU, Dany Perdana Sitompul, MM . Pada kesempatan pertama narasumber dari IMF Senior Residence Representative di Indonesia, Mr. Walsh, memaparkan permasalahan ekonomi global serta posisi Indonesia dalam menyikapi tekanan ekonomi global yang terjadi.
“Di tengah kerasnya tekanan ekonomi global, Indonesia memiliki fundamental yang sangat baik dalam merespon dan menghadapi tantangan ekonomi saat ini,” kata Mr. Walsh terkait impresinya terhadap perekonomian Indonesia yang dinilai kuat dalam merespon goncangan ekonomi global.
Indonesia memiliki perekonomian yang cukup prudent dalam merespongejolak ekonomi secara global dan mempertahankan perekonomiannya untuk meminimalisir efek yang terjadi dan mulai beranjak menuju pemulihan di berbagai sektor perekonomian.
Tantangan Ekonomi
Sementara Asisten Direktur BI Institute, Prayudi Azwar yang membahas tentang perekonomian Indonesia serta kebijakan Bank Indonesia dalam merespon gejolak ekonomi global mengatakan, tantangan ekonomi Indonesia ke depan cukup berat, tetapi ketika kita memiliki instrumen yang tepat kita dapat menghadapi tantangan ekonomi untuk mengoptimalkan pertumbuhan perekonomian Indonesia”
Beliau yakin perekonomian Indonesia cukup kuat, di Tahun 1998 Indonesia menghadapi krisis moneter yang mengakibatkan goncangan ekonomi namun tetap berhasil survive.
Krisis Ekonomi Global pada 2008 tidak memberikan dampak besar bagi Indonesia dan per tahun 2010 Indonesia memiliki resistansi yang besar menjadi negara nomor 3 di dunia yang mengalami pertumbuhan baik selama periode tersebut.
Aliran dana masuk ke Indonesia pada masa tersebut menjadi sangat besar. Bank Indonesia terus berinovasi untuk meningkatkan transaksi khususnya transaksi digital di era saat ini, dengan memperkenalkan QRIS yang mempermudah transaksi digital dan diharapkan akan mendorong volume dan kecepatan transaksi untuk mendukung perputaran dan pertumbuhan ekonomi ke depannya.
Selain itu, BI-Fast juga dipersiapkan untuk membantu kliring sehingga lebih murah dan membantu pertumbuhan ekonomi yang lebih baik.
Sementara Dr. Eko Cipta Purnama, Spesialis THT, yang juga menjadi pengamat ekonomi melihat bahwa prospek kesehatan juga berpengaruh dalam ekonomi, bukan hanya cerita ekspor-impor. Aspek kesehatan juga berperan besar dalam pertumbuhan ekonomi.
Ketika masyarakat semakin peduli dengan kesehatan, semakin mengurangi penggunaan bahan bakar fosil, polusi dapat semakin berkurang dan meningkatkan kesehatan masyarakat secara umum.
Saat ini, subsidi pemerintah lebih fokus kepada bahan bakar tersebut karena masyarakat masih sangat bergantung pada BBM tersebut. Apabila perilaku masyarakat dapat berubah, besar kemungkinan subsidi akan beralih ke kesehatan. (m19)











