MEDAN (Waspada.id): Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Medan mengadakan kegiatan “Edukasi Budaya Mandailing dan Tabagsel” di Taman Budaya Jalan Perintis Kemerdekaan Medan, Selasa (16/12/2025).
Kegiatan ini dihadiri oleh para guru dan pendidik, siswa-siswi serta tokoh-tokoh adat Mandailing dan Tabagsel.
Acara dibuka oleh Kadis Pendidikan dan Kebudayaan (Disbud) Kota Medan diwakili Kepada Bidang Kebudayaan OK Zulfani Anhar, SPd.
Dalam sambutannya, Ok Zulfani SPd mengatakan Edukasi Budaya Mandailing dan Tabagsel merupakan ruang pembelajaran dan pelestarian nilai-nilai budaya, adat istiadat, serta kearifan lokal yang diwariskan oleh para leluhur kepada generasi hari ini dan masyarakat.
Melalui acara ini para narasumber memberikan pencerahan dan pemahaman kepada masyarakat untuk mengetashui lebih dalam akan adat Mandailing dan Tabagsel.
Ia menegaskan, budaya bukan sekadar warisan masa lalu melainkan identitas yang hidup dsn harus terus dipelihara.

“Kearifan lokal di Sumut dan Kota Medan ini sangat banyak dan kompleks. Sangat banyak di Medan ini keturunan Mandailing dan Angkola. Untuk menambah rasa unjuk ajar bagi siswa siswi kita, para pamong budaya, mohon kami diberi pencerahan dan masukan tentang ritus dan budaya daripada adat Mandaiing dan Angkola,” ujar OK Zulfani kepada narasumber tokoh-tokoh adat.
Acara diawali dengan Markobar yang menghadirkan para” Raja” duduk bersila di panggung. Dimulai dengan penyajian daun sirih kepada ke empat tokoh adat tersebut.
Dalam sesi Edukasi Budaya dan Adat para hadirin menyimak serius pemaparan tentang adat istiadat Mandailing dan Tabagsel, alat musik tradisional Gordang 9, edukasi makanan khas tradisional terdiri dari Daun Ubi Tumbuk Ikan Salai, Ikan Teri Tuktuk, yang disampaikan oleh tokoh adat Ridwan Aman Nasution.
Selanjutnya, Ridwan memaparan mengenai Gordang 9 yang meruakan gordang terbesar,,Tarian Nauli Hulung, Manortor dan Mandalihan na Tolu diikuti dengan praktik seperti bagaimana gerakan manortor bagi laki-laki dan untuk perempuan.
“Bagi laki-laki tangan diangkat sebelah tapi jangan melampaui kepala, dan kaki kanan sedikit dimajukan,” ujarnya mencontohkan.
Beberapa guru sekolah yang hadir kemudian mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang terkait dengan adat dan budaya Mandailing dan Tabagsel, seperti perbedaan ulos, juga gerakan tortor.
Usai istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan Lomba Baju Adat Mandailing Tabagsel yang diikuti 45 pasang siswa SMP dan 20 orang murid SD serta diakhiri dengan penyerahan hadiah kepada para pemenang.
Dalam acara Edukasi Budaya dan Adat Mandailing dan Tabagsel ini penyelenggara juga melibatkan beberapa UMKM yang membuka stand bazaar di lokasi acara dengan produk-produk khas Mandailing Tabagsel mulai dari aneka kuliner seperti Lomang Salai, Bawang Goreng, hingga produk fashion seperti tas bermotif etnik.
Acara semakin seru dengan ikut turunnya Kabid OK Zulfani SPd menortor bersama para “raja” – tokoh -tokoh adat di panggung mengikuti rentak musik khas Gordang 9 yang dimainkan para pemusik. (id08)

















