MEDAN (Waspada.id): Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kota Medan menggelar Doa Bersama Pemuka Lintas Agama di kantor FKUB jalan Ramlan Yatim, Kecamatan Medan Kota, Kamis (4/9). Doa Bersama yang dihadiri Wali Kota Medan Rico Tri Putra Bayu Waas ini digelar sebagai ikhtiar menjaga keamanan, ketentraman, dan kerukunan di tengah masyarakat, khususnya di Kota Medan.
Kegiatan yang berlangsung khidmat ini diawali dengan Doa lintas agama dilakukan secara bergiliran oleh perwakilan dari lima agama, Islam, Kristen, Hindu, Buddha dan Konghucu. Acara dirangkai dengan laporan Ketua Panitia Drs Burhanuddin Damanik, MA, sambutan Ketua FKUB Kota Medan, Yasir Tanjung serta juga ceramah kebangsaan oleh Wakil Rektor 1 UINSU, Prof Akmal Tarigan dan pemberian bantuan secara simbolis sembako kepada masyarakat.
Dalam sambutannya Wali Kota Medan Rico Waas mengucapkan terima kasih kepada FKUB Kota Medan yang telah menggelar Doa Bersama. Menurut Rico Waas kegiatan ini bukan hanya sekedar seremonial tetapi untuk mewujudkan Indonesia termasuk Kota Medan benar-benar damai.
“Hari ini kita lakukan Doa Bersama lintas agama. Saya berharap doa yang dipanjatkan dari satu umat beragama akan menciptakan harapan dan jika semua umat beragama yang berdoa akan menciptakan kekuatan yang dapat memperkokoh bangsa khususnya Kota Medan,” katanya.
Dijelaskan Rico Waas, kokohnya status bangsa bukan hanya karena beton dan besi saja, namun kita dapat kokoh karena kekuatan doa. Artinya semua umat beragama saling rukun dan menyayangi. “Mudahan-mudahan dengan doa bersama ini kita semua selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa,” ucap Rico Waas.
Menurut Rico Waas, tagline Medan untuk semua, Semua Untuk Medan dapat diartikan bahwa Medan ini milik semua orang, semua agama dan semua suku. Tentunya kita mengetahui masyarakat yang tinggal di Medan ini berbeda-beda dan multikultural.
“Dengan perbedaan ini pantas Kota Medan menjadi miniatur Indonesia dan menjadi lambang keberagaman. Atas dasar itu mari kita jaga bersama kota Medan agar tetap aman dan kondusif,” katanya.
Ditambahkan Rico Waas, jika melihat beberapa hari terakhir kondisi bangsa ini sedikit tidak baik-baik saja. Mungkin ini terjadi karena sebagai pemimpin perlu merefleksikan diri , perlu lebih terbuka dan menyayangi masyarakat.
” Tentunya ini menjadi renungan bagi kita semua sebagai pemimpin. Mari kita terus evaluasi diri untuk kedepannya bagaimana kita menyayangi masyarakat dan lebih memperjuangkan mereka. Artinya masyarakat butuh kita hadir ditengah mereka,” imbuhnya.
Usai doa bersama pertemuan ini diisi dengan ceramah kebangsaan yang disampaikan Wakil Rektor 1 Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Prof Azhar Akmal Tarigan.
Dalam tausiahnya, Guru Besar UINSU ini, menyatakan, pada dasarnya karakter, sifat atau mental orang Indonesia itu ramah, santun dan toleran serta tenggang rasa. Ini merupakan anugerah yang diberikan Tuhan jauh Indonesia itu ada, seiring dengan karakter alam.
“Pengakuan-pengakuan ini juga disbeutkan wisatawan asing yang datang ke Indonesia. Karena itulah wadah autentik orang Indonesia. Meski memang ada juga wajah orang Indonesia yang keras, mudah marah dan mudah melakukan anarkis. Tapi itu hanya eksperesi kekecewaan, kemarahan dan kecemburuan, bukan cerminan watak dasar orang Indonesia,” ucapnya.
Untuk itu, lanjut Prof Akmal, penting bagi pemimpin-pemimpin publik untuk tidak menyulut atau memancing kamarahan rakyat. Marilah kembali pada cerminan para tokoh-tokoh yang menyatu dengan rakyat.
“Pemimpin itu tidak harus bekerja di belakang meja, tapi ikut turun merasakan kesusahan rakyat. Kalau masyarakat bisa merasakan pemimpin itu tidak jauh berbeda dari kehidupannya, maka masyarakat akan bisa lebih dekat dengan pemimpinnya,” tutur Prof Akmal. (id23)