Scroll Untuk Membaca

Medan

Dosen Unimed Latih Istri Nelayan Olah Limbah Biota Laut Jadi Produk Bernilai Seni

Dosen Unimed Latih Istri Nelayan Olah Limbah Biota Laut Jadi Produk Bernilai Seni
Tim PKM Unimed foto bersama Kepala Desa Perupuk, Anton Syarkawi dan para istri nelayan. Waspada/Ist .
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Desa Perupuk, sebuah desa pesisir di Kabupaten Batubara, kini menunjukkan geliat baru dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya bagi ibu-ibu rumah tangga yang selama ini menjadi pendamping utama para nelayan.

Melalui sebuah program inovatif bertajuk “Pendampingan Pembuatan Barang Seni Etnis Melayu Berbasis Limbah Biota Laut Hasil Tangkapan Nelayan bagi Para Ibu Rumah Tangga di Desa Perupuk”, para ibu mendapatkan pelatihan intensif untuk mengubah limbah laut menjadi produk seni bernilai ekonomis sekaligus berakar pada budaya Melayu yang kental.

Kegiatan ini merupakan bagian dari Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang diselenggarakan oleh tim akademisi Universitas Negeri Medan (Unimed) yang berasal dari berbagai disiplin ilmu, yakni Dr. Osberth Sinaga, M.Si. (ketua), Muslim, SPd, MPd., Zaisun, ST, MM, Mariadi, dan Dinul Islami, M.A.

Program ini bermitra erat dengan kepala Desa Perupuk dan difokuskan pada pemberdayaan ibu-ibu para istri nelayan yang sehari-hari bergelut dengan kehidupan di pesisir.

Dalam kegiatan ini, tim PKM mendapat pendampingan langsung dari perwakilan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unimed untuk mengubah limbah menjadi berkah.

Dalam sambutannya, 19 Juni 2025, Osberth Sinaga, menjelaskan selama ini limbah hasil tangkapan nelayan seperti bintang laut, cangkang kerang, alga, gabus laut, dan berbagai biota laut lainnya, kurang dimanfaatkan secara optimal.

Kebanyakan warga desa masih memandang bahan-bahan tersebut sebagai “sampah” yang hanya dibuang atau dibiarkan terbuang sia-sia.

Padahal, di tangan para ibu kreatif, limbah ini dapat menjadi bahan baku seni rupa yang tidak hanya bernilai estetika tinggi tetapi juga ekonomis.

“Limbah biota laut yang selama ini kami anggap tidak berguna ternyata bisa diolah menjadi karya seni yang indah dan memiliki nilai jual. Pelatihan ini sangat membuka wawasan kami,” ujar Wak Ida,59 tahun, salah seorang peserta pelatihan yang juga istri nelayan.

Tim pelaksana memberikan pendampingan langsung mulai dari teknik pengumpulan, pembersihan bahan, hingga proses pembuatan barang seni seperti hiasan dinding, aksesori rumah, dan berbagai kerajinan lain yang mengangkat estetika dan nilai budaya Melayu.

Tak hanya aspek ekonomi, program ini juga menitikberatkan pada pelestarian budaya lokal. Seni etnis Melayu menjadi identitas yang dibangkitkan kembali melalui karya-karya berbasis limbah laut tersebut.

Hal ini menjadikan produk seni tidak hanya sekedar barang konsumsi, tetapi juga sarana memperkuat jati diri masyarakat pesisir yang selama ini kurang mendapat sorotan.

“Melalui produk seni ini, kita ingin menumbuhkan rasa bangga pada budaya Melayu dan sekaligus menciptakan peluang usaha yang berkelanjutan,” jelas Dr. Osberth Sinaga, ketua pelaksana.

Peran Penting Pemberdayaan Perempuan

Fokus pada ibu-ibu rumah tangga sebagai pelaku utama dalam kegiatan ini merupakan langkah strategis.

Perempuan di desa ini seringkali menjadi tulang punggung ekonomi keluarga ketika suami mereka melaut.

Dengan pelatihan keterampilan seni ini, mereka mendapatkan peluang untuk mengisi waktu luang dengan aktivitas produktif yang dapat menambah pendapatan keluarga.

“Pemberdayaan perempuan di daerah pesisir sangat penting. Mereka tidak hanya belajar seni tapi juga belajar menjadi wirausaha yang mandiri,” tambah Muslim, salah satu pendamping kegiatan.

Harapan

Kepala Desa Perupuk, Anton Syarkawi, SH.dalam sambutannya saat acara puncak di Balai Desa, memberikan apresiasi tinggi terhadap program ini. Menurutnya, kegiatan seperti ini sangat membantu meningkatkan kualitas hidup warga dan menggerakkan ekonomi desa secara berkelanjutan.

“Ini langkah positif yang membawa manfaat ganda, baik dari sisi ekonomi, sosial, maupun budaya. Kami berharap program ini terus berlanjut dan diperluas ke wilayah lain,” kata Kades Perupuk.

Ke depan, tim pelaksana juga merencanakan pendampingan lebih intensif serta pengembangan jejaring pemasaran produk secara digital agar kerajinan berbasis limbah laut ini dapat menjangkau pasar yang lebih luas, bahkan sampai ke tingkat nasional maupun internasional.(m19)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE