Scroll Untuk Membaca

Medan

Edy Rahmayadi: Pilkada Harusnya Jadi Pesta Demokrasi 5 Tahunan

Edy Rahmayadi: Pilkada Harusnya Jadi Pesta Demokrasi 5 Tahunan
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada): Letnan Jenderal (Letjen) TNI (Purn) Edy Rahmayadi mengungkapkan kegelisahannya melihat kondisi demokrasi yang terjadi saat ini. Karena faktanya, kontestasi Pilkada, yang harusnya menjadi pesta demokrasi lima tahunan, telah berubah menjadi ajang perpecahan. Hal ini dirasakannya benar, sehingga untuk melayat kerabatnya yang meninggal duniapun, dia mendapatkan hambatan.

Kegelisahan itu akhirnya diungkapkan Edy Rahmayadi, di rumah pribadinya, di komplek Taman Edukasi Buah Cakra, di Delitua, Kabupaten Deliserdang, Minggu (22/9). Yakni pada kegiatan silaturahmi dengan para alumni Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas). Dimana, Edy Rahmayadi, saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Keluarga Alumni (IKAL) Lemhanas Indonesia Sumut.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

Edy Rahmayadi: Pilkada Harusnya Jadi Pesta Demokrasi 5 Tahunan

IKLAN

Acara silaturahmi hari itu, diawali dengan olahraga pagi bersama. Puluhan alumni Lemhanas, melakukan jalan pagi bersama di seputaran komplek Taman Edukasi Buah Cakra.

Hadir di sana antara lain, mantan Sekdaprovsu R.Sabrina, M. Hasyim, Darlan Harahap, Kristina Manurung, Mauliate Simorangkir, dan lainnya. Mereka terdiri dari berbagai latarbelakang profesi, seperti birokrat, TNI, akademisi, dan sebagainya.

Menurut Edy Rahmayadi, kondisi demokrasi kita saat ini sangat buruk sekali. Dia yang saat ini kembali maju sebagai calon Gubsu, merasakan benar hal itu. “Saya sampai undangan pernikahanpun terpaksa harus dibatalkan. Universitas yang sudah menjadwalkan saya untuk memberikan kuliah umum, juga akhirnya membatalkannya. Sampai saya ingin takziah ke tempat kerabat yang meninggal juga dilarang,” katanya.

Harusnya, menurut Edy, pelaksanaan Pilkada jangan sampai mengganggu kehidupan dan pergaulan kita sesama anak bangsa. Karena pelaksanaan Pemilu merupakan pesta lima tahunan untuk rakyat memilih pemimpinnya. “Sekarang, orang yang tadinya dekat dengan sayapun, gara-gara Pilkada, sudah menjauh. Apa-apaan begini ini,” ujarnya.

Di hadapan para alumni Lemhanas, Gubsu periode 2018-2023 itu kembali menyampaikan komitmennya, yakni, maju sebagai calon Gubsu, dengan tidak merusak tatanan demokrasi. Karena itulah, dia tidak pernah mengajak anggota IKAL Lemhanas, untuk memilihnya. Karena secara organisasi, IKAL Lemhanas tidak boleh terlibat dalam politik praktis.

“Saya ketua IKAL. Kalau diikuti kata hati, saya butuh kalian. Kita satu alumni yang berasal dari berbagai bidang dan profesi. Tapi, itu tidak saya lakukan, karena saya masih punya etika,” sebutnya.

Begitupun, mantan Pangkostrad ini menyampaikan keyakinannya bahwa para alumni Lemhanas sudah dapat menentukan siapa sosok pemimpin yang pantas dipilih nanti. Yakni, sesuai dengan yang pernah dipelajari saat di Lemhanas, yaitu pemimpin yang memiliki integritas, beretika, dan memiliki keahlian di bidangnya. “Sekarang, pilihannya hanya dua, kalau tidak Edy, ya, Bobby. Jangan ditutup-tutupi lagi. Ini demokrasi, rakyat harus menentukan pilihannya. Dan alumni Lemhanas punya perhitungan dan kajian, siapa yang akan dipilih. Jangan dikhianati suatu kebenaran,” kata Edy Rahmayadi.

Punya hak pilih

Sementara itu, Wakil Ketua IKAL Lemhanas Sumut R.Sabrina, mengatakan sepakat dengan Edy Rahmayadi, bahwa secara organisasi IKAL Lemhanas netral. Namun, katanya, di dalam pelaksanaan Pemilu, pengurus adan anggota memiliki hak pilih, dan hak pilih itu harus dilakukan.

Karena itulah, menurut Sabrina, tidak salah bila kemudian, anggota IKAL Lemhanas, menginformasikan tentang kriteria pemimpin yang baik itu kepada keluarga dan masyarakat. “Karena alumni Lemhanas punya pengetahuan untuk itu. Apalagi kita dibekali dengan wawasan kebangsaan. Tidak salah bila kemudian hal ini kita sampaikan ke keluarga dan masyarakat,” katanya.

Menurut Sabrina, alumni Lemhanas, harus dapat membandingkan kapasitas dan pengalaman memimpin kedua calon Gubsu, yakni Edy Rahmayadi dan Bobby Nasution, untuk disampaikan ke masyarakat. Menurutnya, rekam jejak seorang pemimpin harus jelas.

“Saya mengambil contoh diri saya sendirilah. Di birokrasi, saya pernah menjadi kepala seksi, kepala bidang, kepala dinas, sampai memperoleh eselon tertinggi di Pemprovsu (eselon I/Sekdaprovsu). Itulah rekam jejak kepemimpinan. Dan hal seperti ini, perlu kita sampaikan ke masyarakat,” kata Sabrina. (m07)

Waspada/Ist
Calon Gubsu Edy Rahmayadi yang juga Ketua IKAL Lemhanas, bersama pengurus dan anggota IKAL Lemhanas, saat melakukan olahraga bersama, di komplek Taman Edukasi Buah Cakra.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE