MEDAN (Waspada): Festival Payau Paloh Akan digelar pada Sabtu hingga Minggu, 11 sampai 12 Maret 2023 di Aliran Paloh Blancang Jalan Kota Cina Lingkungan VII, Kelurahan Paya Pasir, Medan Marelan.
Pada festival ini akan menghadirkan kuliner, kerajinan tangan khas pesisir hingga berbagai perlombaan yang melibatkan kaum perempuan.
Paloh Blancang adalah sebentuk aliran anak sungai di sekitaran pesisir yang berair payau; percampuran air tawar dan air asin ketika pasang surut laut.
Paloh menjadi sesuatu yang sangat penting untuk mengukur kualitas air bersih. Sepuluh tahun yang lalu warga masih mudah mencari udang di sepanjang paloh, sekarang jangankan udang, ikan pun tak ada bersebab sudah dikotori sampah dan limbah plastik.
Festival ini semacam perayaan posisi dan fungsi perempuan pinggiran paloh menikmati pasang surut air sebagai upaya menemukan, menggali,mempresentasikan kearifan lokal terkait ekosistem yang ada di area Paloh dalam bentuk ekspresi budaya.
Ketua Panitia, Herawanti Handayani mengatakan di Paloh itu nantinya menjadi pusat kreatifitas kaum perempuan menciptakan pasar paloh, permainan tradisional, wisata air dengan merawat ekosistem yang ada di dalamnya.
“Ada 50 emak-emak memproduksi dan menjual kuliner maupun kerajinan tangan berciri khas pesisir di Pasar Paloh. Kita akan mengubah stigma kumuh, kotor dan bau yang selama ini melekat di paloh menjadi tempat yang bersih, asri, nyaman dan edukatif,” ujarnya.
Herawanti merujar festival ini dilakukan berangkat dari keprihatian Pencemaran air di wilayah paloh blancang yang mempengaruhi cara mencari nafkah, bersikap dan tradisi berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Masyarakat air paloh yang selama ini bergantung pada kehidupan air mengalami kepanikan sosial dan ekonomi.
Di sepanjang paloh masih ditemukan beberapa jenis mangrove dan hutan nipah, biasanya ketika air pasang anak-anak sekitar paloh akan terjun bebas bermain air di paloh. Ketika air mulai surut, emak-emak bergegas mengayuh sampannya mencari lokan dan menancapkan bubu kepiting bakau. Setiap harinya mereka menyerut nipah yang nantinya dijual ke penampung untuk diolah jadi dupa dan atap. Selain itu di pinggiran paloh blancang terdapat juga daun jaruju yang bisadiolah menjadi kripik serta ikan terubuk yang bisa diolah menjadi ikan asin, buah nipah juga bisa diolah jadi minuman segar.
Seiring dengan pembangunan kota yang semakin cepat, berdampak pada kondisi sosial. ekonomi, budaya dan perniagaan. Emak-emak dan kaum perempuan lainnya di pinggiran Paloh Blancang terpaksa meninggalkan paloh. Mereka beralih profesi menjadi pemulung, buruh pabrik dan kuli pabrik. Akhirnya festival ini kami gelar untuk mengembangkan fungsi paloh sebagai ruang ekonomi kreatif.
Berangkat dari harapan itulah, festival ini pun melibatkan secara aktif kaum perempuan yang ada di wilayah pinggiran paloh dan sekitarnya sebagai pelaku ekonomi kreatif dari berbagai usia dan latar belakang, serta dapat menarik sebanyak-banyaknya pengunjung dari berbagai lapisan masyarakat.
“Kami menargetkan 5000 pengunjung hadir pada perhelatan Festival Payau Puans Paloh ini yang berlangsung selama dua hari,” lanjut Herawati Handayani.
Untuk menghadirkan pengunjung sebanyak itu di event ini ada 10 kegiatan yaitu para Puan Membasmi Sampah di Paloh, Puan Mengambil Lokan, Permainan Rakyat Emak-Emak di Air, Puan Beradu Renang di Paloh, Anak Puan Atraksi Air Pasang, 50 Emak Masak Kuliner Pesisir, Sampan Beradu Bakat Para Puan, Pasar Pinggir Paloh, Ruang Bebas Para Puan Berekspresi, Pergelaran Teater Emak-Emak.
Ia berharap dengan program berkelanjutan ini akan berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang yang dimotori kaum perempuan pinggiran paloh. Kami merancang setelah Festival Payau Puan Paloh akan menggelar Pasar Paloh Spesial Ramadhan.
Beragam perlombaan pada festival itu diantaranya, adu bakat fashion show, menggambar suasana paloh, akting, lagu melayu, atraktif enggrang, mewarnai hingga lomba baca puisi. (Cbud)