Scroll Untuk Membaca

Medan

FORMASSU Nilai Kota Medan Krisis Konsep  Atasi Banjir 

FORMASSU Nilai Kota Medan Krisis Konsep  Atasi Banjir 
Ketua Umum FORMASSU, Ariffani SH.MH. Waspada.id/ist
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Forum Masyarakat Sipil Sumatera Utara(FORMASSU) menilai Kota Medan krisis konsep atas masalah banjir. Sebab, hingga kini, hujan deras dalam satu jam saja, Kota Medan langsung banjir.

“Kita sangat prihatin dengan permasalahan penangan banjir di kota medan ini, sepertinya kita sampai pada kesimpulan bahwa siapapun tidak akan mampu menyelesaikan bencana banjir tahunan ini,”kata Ketua Umum FORMASSU,Ariffani SH.MH pada Kamis(16/10).

Lanjutnya, buktinya di masa Wali Mota Abdilah, Boby Nasution dan kini kita lihat apakah Wali kota Medan saat ini akan mampu menjawab permasalahan ini. Apalagi dari jargon program kampanye saat itu  Wali kota Medan, salah satunya adalah menyelesaikan permasalahn banjir di kota Medan.

Dari catatan FORMASSU, sejak dekade dari tahun 2022-2025 banjir selalu menjadi krisis tahuan, setip tahun di bulan September-Desember banjir pasti kembali terjadi, dan daerah selalu terdampak seakin meluas, termasuk Medan Denai, Medan Area, Medan Labuhan, Medan Timur, Medan Deli, Medan Kota, Medan Polonia, Medan Johir, Maimun, Marelan dan Sunggal.

“Kalau sudah begini, kan seharusnya Pemko Medan sudah mahfum dan mengerti, harus bagaimana bertindak, untuk mengurangi resiko bencana alam ini, akan tetapi sepertinya hal ini tidak terjadi. Cotohnya begini, kalau kita sudah tau bahwa akan terjadi banjir pada bulan Oktober – Desember, maka seharusnya kita sudah membuat antisipasi Program Tanggab Bencana nya bagaimana, begityu kan?Kata Arifani.

Dalam diskusi FORMASSU, ada beberapa point penting yang harus dilakukan oleh Pemko Medan, dengan melihat permasalahan yang ada yakni :  pertama soal Drainase yang buruk. Banyak saluran air di kota Medan yang tersumbat oleh sampah, endapan lumpur, atau sudah tidak berfungsi dengan baik. Sistem drainase yang ada juga tidak seimbang dengan pertumbuhan kota — semakin banyak bangunan, tapi saluran air tidak diperluas.  Kedua soal  Alih fungsi lahan & berkurangnya daerah resapan air. Dulu, banyak wilayah Medan adalah daerah hijau atau rawa yang bisa menyerap air hujan. Sekarang, banyak diubah menjadi perumahan, ruko, dan jalan beraspal, sehingga air hujan tidak bisa meresap dan langsung mengalir ke jalan.

Hal lain yang menjadi permasalahan adalah, saoal Pembangunan tanpa perencanaan tata kota yang baik.  Lihatlah, Pembangunan di daerah dataran rendah seperti Medan Johor, Amplas, Marelan, dan Helvetia sering dilakukan tanpa memperhatikan kontur tanah dan jalur air alami. Akibatnya, air tidak punya tempat mengalir dan menumpuk di permukaan.

Contoh kongkritnya saja, di daerah  Tanjung Mulia, Medan Deli, hampir setiap hujan pasti mengalami banjir, dan lama kelamaan menimbulkan kerusakan peralatan rumah tangga warganya.

“Usut punya usut, hal tersebut terjadi karena draninase alur air yang selama ini berunjung ke sungai di daerah brayan dan cemara asiri, sudah tertutup, akibatnya air tidak bisa mengalir ke sungai dan bertahan di daerah Tanjung Mulia dan Brayan Bengkel. Inikan aneh bin ajaib. Program perbaikan jalan Cemara dan jl Kratakau, malaha mengakibatkan banjir dikawasan Brayan Bengkel, Brayan, dan Tanjung Mulia. Ini contoh sederhana saja, “ujar Ariffani yang juga berprofesi Advokat ini.

Selain itu yang keempat, meluasnya daerah aliran sungai (DAS) yang rusak Sungai Deli, Babura, dan Sungai Belawan kini banyak mengalami pendangkalan dan penyempitan.

Banyak bangunan berdiri di bantaran sungai, sehingga air sungai mudah meluap saat hujan deras.

“Kita juga melihat bagaiaman soal Sampah dan perilaku masyarakat Banyak warga masih membuang sampah ke sungai atau parit. Akibatnya, aliran air tersumbat dan banjir makin parah saat hujan turun. Kalau mau disimpulkan, Kota Medan ini krisis drainase dan tata kota yang buruk,”ungkapnya.

Permasalahan lainya adalah, soal Program Drainase Kota Medan.

Dia mencontohkan di daerah Kelurahan Tanjung Mulia Medan Deli saja, sejak decade 5 tahun ini, hampir setiap kali hujan pasti banjir. Usut punya usut ternyata, akibat matinya draniasi air yang dulu mengarah ke sungai sekarang sudah tertutup oleh jalan dipersimpangan Cemara dan Jl Krakatau.

“Ini hal yang aneh, pembangunan jalan malah merusan aliran air ke sungai, jadi untuk apa dibuat selokan – seleokan dipinggur jalan, jika aliran airnya tidak ada,”sebutnya.
Lanjut Ariffani, kita tidak bisa menyalahkan curah hujan tinggi dan perubahan iklim, karena hal tesebut merupakan sebah bencana alam, kalau kita salahkan maka sama saja kita menyalahkan Allah SWT.

Maka, FORMASSU ingin menyampaikan beberapa solusi pada Pemko medan, dan semoga dapat diterima dalam menyelesaikan masalah banjir ini, yakni :
1.Lakukan Normalisasi sungai dan pelebaran drainase kota.
2.Penegakan hukum terhadap bangunan di bantaran sungai.
3.Pengelolaan sampah yang lebih disiplin.
4.Pembangunan sumur resapan dan taman resapan air.
5.Tingkatkan Edukasi masyarakat untuk menjaga kebersihan lingkungan.
6.Kota Medan harus punya Program Tanggap Bencana Banjir yang Tangguh dan melibatkan masyarakat.

  1. Banjir selalu muncul jika hujan deras maka Wali Kota Medan memperbanyak peralatan untuk menyedot air dan menyiapkan petugas yang siaga setiap saat.
  2. Siapkan bus untuk para pelajar agar bisa kesekolah tanpa terdampak banjir.
  3. Pemko Medan perlu memperhatikan pendirian bangunan bukan saja pada ijin tapi pada konsep lingkungan yang memastikan bangunan tidak menimbulkan banjir pada rumah penduduk lain,karena bangunan baru lebih tinggi.(id18)


Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE