MEDAN (Waspada): Kader Senior Partai Golkar Sumut Assoc Prof. Dr. KRT. H. Hardi Mulyono Surbakti (foto), bereaksi keras. Dia mengaku kecewa, karena partai politik (Parpol) itu mencalonkan Bobby Nasution, sebagai bakal calon (Balon) Gubsu pada Pilkada tahun 2024. Keputusan itu dinilai telah melecehkan kerja keras seluruh kader Golkar Sumut dalam membesarkan partai.
Hardi Mulyono, mengatakan itu kepada wartawan, Jumat (21/6). Dia menyampaikan pendapatnya sehubungan dengan keputusan DPP Partai Golkar yang telah memberikan dukungan sebagai Balon Gubsu kepada Bobby Nasution, 19 Juni 2024.
Menurut mantan Sekretaris Dewan Pertimbangan (Wantim) Partai Golkar Sumut ini, keputusan partai mendukung Bobby Nasution tersebut sangat menyakiti hati kader. Karen Partai Golkar Sumut memiliki kader terbaiknya untuk diusung maju pada Pilgubsu 27 November 2024. “Keputusan DPP Golkar telah melecehkan kerja keras seluruh kader Golkar Sumut di dalam membesarkan partai Golkar, sehingga menjadi pemenang pada Pileg 2024 lalu,” kata Hardi.
Sebagaimana diketahui, kata Hardi Mulyono, beberapa bulan lalu Ketua DPP Partai Golkar Airlangga Hartanto, telah menerbitkan rekomendasi sebagai Balon Gubsu kepada dua orang. Yakni, kepada Ketua DPD Golkar Sumut Musa Rajeckshah (Ijeck) dan M. Bobby Nasution. Namun, tidak lama kemudian, Bobby Nasution, mendaftar menjadi anggota Partai Gerindra dan mendapat dukungan Gerindra sebagai Balon Gubsu. Namun, pada akhirnya DPP Golkar memutuskan ikut mendukung Bobby Nasution.
Kata Hardi, sikap DPP Golkar tersebut jelas sebuah pelecehan. Tidak saja kepada Ijeck, yang telah berhasil membawa Partai Golkar sebagai pemenang pada Pileg 2024, tetapi juga pelecehan terhadap seluruh kader Golkar Sumut. ‘’Karena para kader telah bersama-sama berjuang membesarkan Partai Golkar Sumut,” tegas mantan Rektor Universitas Muslim Nusantara (UMN) Al-Washliyah Medan tersebut.
Kekecewaan para kader Golkar Sumut, kata Hardi, semakin membesar, karena hasil survei yang tidak pernah diberitahu kepada para keder. Padahal, konon katanya, hal itu yang menjadi rujukan Keputusan DPP Golkar. “Kita tidak tau, bagaimana bentuk survei yang dilakukan itu, bagaimana hasil survei sesungguhnya,” ujar Hardi Mulyono, yang juga mantan anggota DPRD Medan dan DPRD Sumut itu.
Hardi merasa sangat heran, mengapa DPP Partai Golkar tidak mendukung kader terbaiknya sendiri. Padahal, Golkar Sumut adalah partai pemenang pada Pileg 2024. “Jelas sekali, DPP Partai Golkar telah melecehkan dan bertindak semena-mena, yang mungkin saja dikarenakan sarat dengan kepentingan tertentu,’’ sebutnya.
Terkait Keputusan DPP Partai Golkar tersebut, Hardi Mulyono, mengaku tegas menolaknya. Diapun mengaku sedang mempertimbangkan akan keluar dari keanggotaan Partai Golkar.“Kalau kader yang lain, saya tidak tau persis apakah mereka akan menolak atau diam saja, karena menjadi kader penakut,” ujarnya.
Hardi menyebutkan, sesungguhnya akan lebih elegan dan terlihat fair jika DPP Partai Golkar tetap mengusung Ijeck sebagai Balon Gubsu, untuk ‘bertarung’ dengan Bobby Nasution. ‘’Tokh Bobby Nasution, sudah didukung oleh Gerindra, Demokrat dan PAN,’’ tambahnya.
Atas keputusan ini, Hardi mendesak Ketum DPP Partai Golkar Airlangga Hartanto. Yang pertama, untuk membatalkan pencalonan Bobby Nasution.
Karena alasannya sangat subjektif, yakni untuk kepentingannya sendiri. Yang kedua, Airlangga Hartanto harus memperjuangkan posisi jabatan yang lebih tinggi kepada Ketua DPD Golkar Sumut, mengingat kerja keras dan pengorbanannya untuk memenangkan Partai Golkar di Sumut.
“Jika tidak, berarti benarlah Airlangga Hartanto itu pemimpin yang tak bisa dipercaya,” tegas Hardi Mulyono. (m07)