MEDAN (Waspada): Keputusan RUPS LB yang menyetujui pengunduran diri Babay Farid Wajdi Direktur Utama dan pemberhentian Hadi Sucipto dari Direktur Pemasaran PT. Bank Sumut, berakibat kosongnya 2 jabatan direksi.
H. Abdi Santosa Ritonga, anggota Komisi C DPRDSU mengatakan, kekosongan jabatan ini tidak boleh berlama-lama, apalagi beberapa waktu terakhir jabatan Komisaris sebelumnya juga belum diisi.
“Kekosongan jabatan akan berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan,selain itu jauh lebih penting hal ini sangat berpengaruh terhadap penilaian bank performance dimata regulator (OJK dan Bapepam) khususnya berkaitan dengan tingkat kesehatan PT. Bank Sumut,” kata Abdi dalam keterangannya kepada Waspada, Rabu (4/6).
Kekosongan jabatan berakibat Penilaian GCG memburuk dimana GCG merupakan salah satu dari 4 pilar untuk mengukur tingkat kesehatan bank atau RBBR risk based bank rating. Selain GCG Pilar lain adalah Risk Profile, Earning dan Capital.
Menurut H. Abdi bila penilaian tingkat kesehatan tidak baik bisa berdampak pembatasan2 operasional oleh pihak regulator, baik dari sisi funding maupun landing, sehingga dia berharap Gubernur Sumatera Utara selaku Pemegang Saham Pengendali PT. Bank Sumut tidak membiarkan terlalu lama kekosongan jabatan ini.
Sebagaimana diputuskan RUPS LB menunjuk Syafrizal Syah sebagai Plt menurut H. Abdi Santosa Ritonga sudah tepat, karena figur ini sudah mumpuni di bank daerah milik Pempropsu.
Syafrizal meniti karir dari bawah, baik pada jabatan operasioanal sebagai Pemimpin Cabang, maupun jabatan eksekutif di Kantor Pusat sebagai Pemimpin di berbagai Divisi, hingga akhirnya diangkat sebagai Direktur Bisnis dan Syariah. Memiliki catatan prestasi dan belum pernah tersangkut dengan masalah hukum atau fraud layak dipertimbangkan menjadi Dirut definitip.
H. Abdi mengatakan, dalam sejarahnya Bank Sumut ini baru satu kali dipimpin oleh pegawai karir dari internal, yaitu Gus Irawan Pasaribu (saat ini Bupati Tapanuli Selatan) dan kita melihat kinerja Bank Sumut yang sangat bagus mampu bangkit dari keterpurukan setelah masuk program Rekap pada tahun 1998.
Selebihnya Direktur Utama selalu berasal dari kalangan eksternal, masih kental dalam ingatan kita ketika Dirut dipimpin oleh Bapak Armyn (alm), Edie Rizlianto, Budi Utomo (alm), Rahmat Pohan dan terakhir Babay Farid Wajdi.
Banyak kejadian faktual, terkait permasalahan hukum, dan bahkan terdapat 3 orang diantaranya malah mundur dari jabatan (Edie Rizliyanto, Rahmat Pohan dan baru saja mundur Babay).
Selain hal tersebut ekspektasi yang tinggi terhadap direksi dari kalangan eksternal, biasanya selalu tidak sesuai harapan, yang ada adalah busines as usually alias kinerjanya biasa-biasa saja.
“Kiranya hal ini bisa menjadi pertimbangan buat Gubsu Bapak M. Bobby Afif Nasution, dalam menentukan pemimpin baru di BUMD andalan Pemropsu ini, ” demikian H. Abdi Santosa Ritonga mengakhiri keterangannya. (cpb)