MEDAN (Waspada.id): Hari Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 2025, jadi momen meningkatkan jejaring untuk kemajuan diri maupun kemajuan bangsa.
Pandangan ini disampaikan Penggiat dan Pengamat Pendidikan Sumatera Utara, Dr.Hasan Basri MM pada Senin (27/10/2025).
“Menilik sejarah Sumpah Pemuda pada 1928, kaum muda bisa bersatu dari berbagai daerah dengan tujuan kemerdekaan. Sekarang persatuan dan kesatuan bangsa harus tetap dipertahankan dengan jalinan yang lebih luas dan bisa terlaksana dengan mudah dan cepat,” ujarnya.
Dalam pandangan Hasan Basri, Pemuda Indonesia sekarang ini dari aspek peluang dan tantangannya menghadapi masa depan khusus berkenaan dengan adaptasi mereka tehadap arus digitalisasi.
Peluang para pelajar dan pemuda Indonesia memiliki kesempatan mengkases infprmasi ,ilmu pengatahuan tanpa batas. Pemuda bisa belajar apa pun secara mandiri melalui internet (kursus online, e-learning, YouTube, dan sebagainya).
Untuk itu, sangat perlu meningkatkan literasi digital, pengetahuan global, dan kemampuan berpikir kritis.
Inovasi dan Kewirausahaan Digital
Hal lain sambung Hasan Basri, munculnya ekonomi kreatif dan startup digital membuka lapangan kerja baru.
“Ini jadi peluang pada pemuda untuk bisa berwirausaha melalui platform seperti e-commerce, media sosial, dan fintech.
Hal itu bisa diperkuat dengan koneksi dan kolaborasi global. Dimana pemuda dapat membangun jejaring internasional, berkolaborasi lintas negara, serta mengembangkan ide inovatif bersama.
Dengan ini, maka pengembangan karir dan skill baru sudah ada di depan mata.
“Dengan kata lain, profesi baru muncul di bidang data science, artificial intelligence, content creation, cyber security, dan lainnya.Kesempatan berkarier tidak lagi terbatas lokasi. Meski begitu tantangannya juga luar biasa. Sebab bisa terjebak dengan tontonan yang tidak mendidik (pornografi} bullying dan judi online,”ungkapnya.
Tantangan lain, sambungnya penyalahgunaan teknologi dan disinformasi. Termasuk maraknya hoaks, ujaran kebencian, dan radikalisme digital bisa menyesatkan jika literasi digital rendah.
Ketergantungan dan kecanduan teknologi terhadap media sosial, game online, atau konten hiburan bisa menurunkan produktivitas dan kesehatan mental.
Adapula ancaman keamanan data dan privasi.
“Rendahnya kesadaran tentang keamanan digital membuat pemuda rentan terhadap pencurian data dan penipuan online. Selain itu persaingan global yang ketat juga perlu disikapi. Dimana dunia kerja digital menuntut skill tinggi dan adaptasi cepat. Pemuda harus terus belajar agar tidak tertinggal,” ujarnya.
Meski begitu, kata Hasan Basri kemajuan teknologi dan akses dunia maya, yang berdampak pada menurunnya interaksi sosial nyata.
“Terlalu banyak waktu di dunia maya bisa mengurangi empati dan kemampuan komunikasi tatap muka. Akibat ketergantungan dan kecanduan teknologi terhadap media sosial, game online, atau konten hiburan bisa menurunkan produktivitas dan kesehatan mental.
Intinya Pemuda Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi motor perubahan di era digital jika mampu menguasai literasi digital, menggunakan teknologi secara produktif, menjaga nilai moral dan etika,
Serta mengembangkan inovasi yang bermanfaat bagi bangsa,”sebut Hasan Basri.
Pada bagian lain, Hasan Basri menyadari tidak semua pemuda punya akses merata terhadap internet cepat dan perangkat digital.
“Masih terjadi ketimpangan antara wilayah perkotaan dan pedesaan,terkait akses internet. Ini jadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dalam pemetaan jaringan internet,” sebutnya.
Meski begitu, kata Hasan Basri kemajuan teknologi dan akses dunia maya, yang berdampak pada kemajuan akses jaringan dan mempermudah beragam kebutuhan.(id18)













